Bahas Pengembangan Ekonomi Dan Maqashid Syariah, Mahasiswa Fakultas Syariah Persentasi Di Konferensi Nasional BUAF 2019

FASYA-(12-14/10/2019) Muhammad Fikri Mubarok (Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah) mengikuti BUAF (Borneo Undergraduate Academic Forum) 4th di IAIN Samarinda.

Acara yang terselenggara setiap tahun sejak tahun 2016 ini merupakan sebuah Forum Akademis atau Konferensi Ilmiah yang diikuti oleh PTKIN dari berbagai wilayah di Indonesia setingkat mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan kesarjanaan.

Konferensi Nasional yang bertema “Contemporary Islamic Studies and Challenges of Globalization in the Millennial Era” membuka 11 sub tema yang menjadi topik penelitian oleh para mahasiswa yang ingin mengikuti konferensi ini.

Sub tema tersebut yaitu 1) Islam dan revolusi Industri 4.0, 2) Pendidikan Islam dan Muslim Millenial, 3) Quran, Hadits dan penafsiran kontemporer, 4) Hukum/Hukum Islam dan HAM, 5) Ekonomi Islam, perdagangan bebas dan MEA, 6) Islamisme populer, dakwah dan media,7) Politik, demokrasi dan gerakan keagamaan trans-nasional, 8) Sains dan teknologi di perguruan tinggi Islam, 9) Kajian halal, 10) Filsafat, seni, budaya dan tradisi Muslim kontemporer.

Fikri mengirimkan paper berjudul “Rural Prophetic Economy Development In Maqashid Syariah Frame: A Case Study of Economic Development in Ponggok Tourism Village, Polanharjo District, Klaten Regency”, paper tersebut lolos untuk dipresentasikan dalam konferensi Nasional tersebut bersama 14 PTKIN dari berbagai wilayah di Indonesia.

Paper yang dipresentasikan Fikri merupakan sebuah penelitian studi kasus menggunakan pendekatan Ekonomi Profetik dan Maqashid Syariah. Ekonomi Profetik sendiri adalah sebuah paradigma turunan dari Ilmu Sosial Profetik yang digagas Prof. Kuntowijoyo.

Sedangkan Maqashid Syariah digunakan Fikri untuk melihat ketercapaian program-program yang diaktuskan melalui kacamata tujuan syariat. Akhirnya dapat dilihat sedikit lebih luas, bahwa pengembangan ekonomi sebaiknya tetap meinternalisasikan nilai-nilai humanisasi (memanusiakan manusia), liberasi (pembebasan) dan transendensi.

Judul dan abstrak penelitian Muhammad Fikri Mubarok

Acara dimulai pada Ahad, (13/10/2019) dengan dibuka oleh Ruchman Basori, M.Ag. (Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Kementerian Agama RI). Selanjutnya terdapat sambutan dari Dr. H. Mukhamad Ilyasin, M.Pd (Rektor IAIN Samarinda).

Keynote Speaker dari Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil. PhD (Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta menyampaikan materi berjudul “Tantangan Pengembangan Studi Islam Bagi Kalangan Millenial”.

Hari kedua acara yaitu Diskusi Panel dengan ini menghadirkan dua orang narasumber yaitu Prof. H. Mujiburrahman, M.A (Rektor UIN Antasari Banjarmasin), dan Nyi Nyi Kyaw, Ph.D. (Research fellow ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapore) dengan judul makalah “The Construction of Identities in the Age of Social Media: Buddhist–Versus-Muslimidentity Amid Conflictin Myanmar”.

Selesai Diskusi Panel, maka dilanjutkan presentasi dari hasil penelitian para peserta BUAF 2019. Fikri menjadi satu dari 10 presenter yang meneliti di sub tema Ekonomi Islam, Perdagangan Bebas dan MEA. Seluruh hasil penelitian tersebut juga dipublikasikan dalam bentuk prosiding yang ber-ISBN 978-602-51317-7-6.

Proceedings dari seluruh hasil penelitian peserta BUAF 2019

Di hari terakhir, diumumkan pemenang Best Paper di setiap sub tema.Paper dari Fikri didapuk menjadi Paper Terbaik dari 10 Paper dengan sub tema Ekonomi Islam, perdagangan bebas dan MEA.

“Pencapaian ini menjadi pelecut bagi setiap mahasiswa agar selalu aktif menghadapi tantangan global dan keilmuan. Khususnya respon-respon Islam dalam tantangan perubahan yang dinamis”, ujar Fikri.

Sertifikat Best Paper 1 Sub-Tema Ekonomi Islam

“Gairah keilmuan dalam perguruan tinggi harus diasah, melalui ruang-ruang kuliah, ruang diskusi, pembacaan untuk merespons permasalahan masyarakat dan pendayagunaan teknologi”.

“Peningkatan budaya literasi dan riset sebagai ruh kemajuan ilmu pengetahuan di kawah candradimuka intekektual –kampus- juga harus di “iklim”kan ke setiap sudut maupun ruang bincang dan obrolan mahasiswa serta dosen. Demi sebuah kemajuan ilmu pengetahuan yang transformatif bagi masyarakat”, terang Fikri. (Muhammad Fikri Mubarok)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV