Dr. Aris Widodo, Dosen Fakultas Syariah ini Sajikan Artikel di New Delhi

FASYA – Dr. Aris Widodo, S.Ag., MA., salah seorang dosen produktif Fakultas Syariah (Fasya) IAIN Surakarta kembali menyajikan artikelnya di negeri seberang. Jika sebelumnya pada bulan Agustus 2017 lalu ia memaparkan artikelnya dalam forum public lecture di National University of Singapore (NUS), kemaren pada 20-21 April 2018, ia berkesempatan ke New Delhi untuk presentasi.

Kesempatan itu ia peroleh setelah artikelnya dinyatakan diterima dalam seleksi artikel bertema “The Life and Contribution of Ismail Raji Al-Faruqi” yang diadakan oleh Institute of Objective Studies (IOS) New Delhi. Sebagaimana dilansir dalam laman http://www.iosworld.org, IOS merupakan lembaga independen yang memberikan perhatian serius pada hasil-hasil riset konseptual maupun empiris yang relevan mengatasi problem sosial masyarakat muslim India. Bersama puluhan artikel terpilih lainnya, Aris mempresentasikan artikel berjudul “Making Beauty into Reality: Promoting Integrated Knowledge in a More Fragmented Modern Life through Textbook Writing Project”.

Melalui artikelnya ini, ia mencoba mengelaborasi lebih jauh paradigma integrasi-interkoneksi yang digaungkan oleh Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah ke dalam konteks tasawuf. Menurut Aris, yang meraih gelar doktoral di bidang tasawuf ini, “keindahan” (Jamal), “keagungan” (Jalal), dan “kesempurnaan” (Kamal) Tuhan tercermin (terintegrasi-terkoneksi) dalam ciptaan-Nya. Karenanya tidak heran jika muncul ungkapan, bahwa alam raya merupakan “mazhhar-tajalli” dari Tuhan.

Hanya saja menurut Aris, problematika kehidupan dan modernitas membuat manusia lupa dan tak mampu untuk mencerna keindahan, keagungan dan kesempurnaan Tuhan dalam segenap kenyataan. Karenanya, untuk menangkap keindahan, keagungan dan kesempurnaan Tuhan itu, kita perlu menelaah (membaca) segenap kenyataan dengan pancaran Cahaya Keilahian.

Demikian juga dalam konteks samudera keilmuan: setiap tetes keilmuan, mestinya dihayati sebagai bagian dari samudera keagungan Tuhan. Dengan begitu dapat ditemukan tali-simpul (integrasi-interkoneksi) antara, meminjam ungkapan Abdul Hamid Abu Sulayman, “al-mandhur” (ayat kawniyah) dan “al-masthur” (ayat qawliyah). Dengan penghayatan demikian, maka berbagai keilmuan bisa ditemukan benang merahnya. Pada titik ini, Aris mencoba menegaskan kepada forum, bahwa IAIN Surakarta melalui IAIN Surakarta International Office (ISIO) telah menandatangani MoU dengan pihak IIIT untuk mengembangkan keilmuan yang terintegrasi.

Melalui hal ini diharapkan IAIN Surakarta bisa menjadi bagian dari dunia yang ingin menciptakan keindahan, keagungan dan kesempurnaan Tuhan dalam ranah keilmuan. Khususnya melalui proyek penulisan buku-buku pelajaran.

Dengan sudut pandang demikian, pungkas Aris, semua cahaya keilmuan, terserap dalam Cahaya Keilahian. Sebagaimana secara implisit didedahkan dalam ungkapan kitab al-Risalah al-Qusyairiyah, “Iza thala’a al-shabah, istaghna ‘an al-mishbah”: semuanya fana’ (lebur) dalam Cahaya Mentari Pagi Ilahi. (Amin). (SH/Sumber: Aris Widodo).

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV