LSO Lirik Bedah Buku “Agama-Agama Manusia” Karya Huston Smith

FASYA-Lirik merupakan Lembaga Semi Otonom (LSO) yang menaungi mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Surakarta dalam pengembangan kepenulisan yang mencakup bidang literasi, riset dan jurnalistik (disingkat Lirik).

Bedah buku merupakan salah satu agenda rutin Lirik yang diadakan seminggu sekali. Kegiatan ini bertujuan mengajak mahasiswa memahami arti penting budaya membaca dan berdiskusi (literasi).

Diskusi buku untuk ke sekian kalinya yang diadakan Lirik pada Kamis, 11/4/2019 kemarin membahas Agama-Agama Manusia karya Huston Smith. Bertempat di Perpustakaan Fakultas Syariah, diksusi ini disampaikan Hafid Nur Fauzi, mahasiswa Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) yang juga merupakan Ketua Umum Lirik 2019.

Salah satu alasan mengapa buku ini dibedah adalah untuk memahami sejarah agama-agama di luar tradisi Abrahamik. Jauh sebelum agama-agama Abrahamik dikenal, telah ada agama-agama kuno sejak manusia hidup di muka bumi.

Sebagian dari mereka masih dipeluk hingga kini, Hindu dan Budha di antaranya.  Dalam kesimpulan pengisah, semua agama sama-sama mengajarkan kebaikan guna menciptakan kedamaian di muka bumi.

Diskusi menghangat. “Mengapa negara berkembang, yang kebetulan menyebut diri mereka relijius, tidak bisa maju dan kalah maju dari negara-negara yang tidak membasiskan konstitusinya pada ajaran agama? Mungkin, ini semua karena negera berkembang itu tidak berani keluar dari pusaran keagamaan,” lanjutnya.

Salah seorang hadirin melontarkan komentar berapi-api dan menggunakan gaya-bahasa retoris. Hadirin lain terpukau sambil berpikir keras mencerna komentar tersebut.

Hafid mengisahkan “Agama-Agama Manusia”

Pembina Lirik, Ahmadi FD, turut hadir dalam diskusi ini dan menyampaikan komentarnya. Ia menyatakan, “Kita seringkali terjebak dalam soal posisi kita antara pengiman dan peneliti.”

“Sebagai seorang Muslim yang meneliti Al-Qur’an, misalnya, momen di saat saya meneliti Al-Qur’an harus dijauhkan dari posisi saya sebagai pengiman dan penghafal Al-Qur’an. Saya perlu dan mutlak mengedepankan posisi sebagai peneliti saat sedang meneliti. Ini yang hemat saya masih gagal dibudayakan di negara-negara berkembang.”

Ia tampak ingin mengajak peserta diskusi untuk menjadi muslim yang objektif, tidak mudah ‘baper’ (terbawa perasaan) apalagi marah.

Pembina Lirik ikut menyimak diskusi

Ulfa Diyanti selaku moderator di akhir diskusi menyimpulkan bahwa Agama seharusnya membahagiakan. “Kita perlu beragama dengan cinta, beragama dengan santai, dan beragaman dengan tidak membuat rumit ajaran agama. Agama itu membahagiakan bukan membahayakan,” simpulnya.

Melalui diskusi buku, Lirik mengajak mahasiswa belajar berargumen dan bertukar pikiran. Dengan begitu, mahasiswa terbiasa dengan perbedaan. Perbedaan pandangan dan pilihan itu riil adanya dalam kehidupan dan tidak perlu mudah tersinggung karenanya.

Besar harapan diskusi buku yang terbuka untuk mahasiswa Fakultas Syariah yang rutin diadakan LSO Lirik ini, menjadi stimulus bagi mahasiswa agar akrab dengan gagasan dan sikap toleran dalam menghadapi perbedaan. Sejatinya, perbedaan itu indah. (Sumber: Ulfa Diyanti/Lirik. Editor: AFD)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV