PERSIAPKAN LULUSAN YANG PROFESIONAL DAN KOMPETITIF, MAZAWA ADAKAN WORKSHOP KURIKULUM

Rabu, 2 Agustus 2017, Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf (MAZAWA) Fakultas Syariah IAIN Suarakarta menyelenggarakan Workshop Kurikulum Manajemen Zakat dan Wakaf. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh civitas akademika Fakultas Syariah dan para stakeholders seperti Baznas dan BMT dengan menghadirkan narasumber Hilman Latief, M.A, Ph.D. Beliau adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sekaligus Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan di perguruan tinggi tersebut. Selain itu, beliau adalah Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat. Workshop kurikulum ini bertujuan untuk menyusun kurikulum prodi Mazawa yang diselaraskan dengan profil, outcomes, dan kebutuhan sumber daya manusia yang profesional, kompetitif dan berkompeten di bidang Manajemen Zakat dan Wakaf.

img_9693

Kegiatan ini diawali dengan pembukaan oleh Dekan Fakultas Syariah, Dr. M. Usman, S.Ag, M.Ag. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa pengelolaan zakat dan wakaf di Indonesia menjadi kebutuhan yang sangat penting, mengingat potensi zakat yang sangat besar, dan belum dikelola secara maksimal oleh lembaga-lembaga ZISWAF yang ada. Lembaga-lembaga zakat seperti Baznas, Lazis, Laz dan lainnya membutuhkan SDM yang mumpuni untuk mengelola lembaga-lembaga tersebut. Dalam konteks inilah lahir prodi manajemen zakat dan wakaf sebagai jalan untuk mencetak sumber daya manusia yang profesional.

img_9720

Memasuki acara inti, kegiatan ini dipandu oleh M. Zumar Aminuddin, S.Ag, M.H selaku moderator. Pada sesi ini, Hilman Latief, M.A, Ph.D memaparkan beberapa isu penting pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan wakaf. Beberapa hal yang disampaikan antara lain:
1.    Besarnya potensi ZIS pada tahun 2017 (sekitar Rp. 217 triliun), namun yang bisa dikumpulkan hanya sekitar Rp. 4,5 triliun. Sementara target yang ingin dicapai dalam penghimpunan dana ZIS ini adalah Rp. 8 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan ZIS oleh beberapa lembaga yang eksis saat ini (khususnya BAZ dan LAZ) masih jauh dari maksimal.
2.    Kurangnya ahli hukum di bidang ZIS. Meskipun pada beberapa lembaga amil ZIS telah melakukan rekrutmen pegawai, namun masih mengalami kesulitan dalam mencari SDM yang mumpuni.
3.    Kurangnya program pemberdayaan terhadap SDM di beberapa lembaga amil.
4.    Literatur-literatur ZIS tidak banyak diproduksi oleh Perguruan Tinggi Islam, sehingga menjadi peluang yang besar bagi perguruan-perguruan tinggi khususnya Perguruan Tinggi Islam untuk menyusun literarur-literatur bertema zakat, infaq, sedekah dan wakaf.
5.    Untuk memperkaya kurikulum ZISWAF ada beberapa aspek yang dibutuhkan dalam pengembangan studi ZISWAF di PTKIN. Beberapa aspek tersebut adalah: aspek normatif, aspek regulasi, aspek interpretasi, aspek inovasi, aspek tata kelola dan aspek aksi.

img_9728

img_9716

img_9749

Pada akhir acara, narasumber menyampaikan masukan agar kurikulum prodi Mazawa melakukan pengayaan terhadap kurikulum sebelumnya dan menambahkan matakuliah IT sebagai matakuliah baru pada Prodi Mazawa. Tujuannya agar lulusan Prodi Mazawa mampu mengoperasikan sistem informasi, baik yang berkaitan dengan SIM (Sistem Informasi Manajemen), maupun SIA (Sistem Informasi Akuntansi).

img_9747 img_9740
Pada kesempatan lain, stakeholders eksternal (BAZNAS dan BMT) yang hadir turut pula memberikan masukan. Mereka di antaranya menyampaikan agar kurikulum Mazawa menekankan pada bidang ekonomi dan kewirausahaan (enterpreneurship), mata kuliah yang bersifat memotivasi serta mata kuliah SIM (Sistem Informasi Manajemen). Mereka juga mengusulkan agar kurikulum Prodi Mazawa memberikan pendalaman pada mata kuliah yang terkait dengan keuangan syariah dan pengenalan SIMBA (Sistem Informasi Manajemen BAZNAS). [Sumber: DZ]

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV