FASYA-Salah satu alumni Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta yang lulus pada tahun 2020 lalu, Indarka Putra Pratama, berhasil lolos seleksi nasional CPNS Mahkamah Agung tahun anggaran 2021. Indarka—begitu karib ia dipanggil—mengikuti berbagai tahapan seleksi CPNS dengan serius tanpa menganggap remeh sedikit pun. Dari mulai tahap administrasi, tahap Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), dan tahap Seleksi Kompetensi Bidang (SKB), ia lakoni dengan fokus. Di tengah seluruh tahapan seleksi tersebut, saat itu Indarka masih terikat kontrak kerja dengan salah satu LSM yang memiliki program di Solo. Ia menyebutkan bahwa strategi manajemen waktu untuk belajar adalah salah satu kunci keberhasilannya. Tak hanya itu, Indarka bahkan rela mengesampingkan hobi menulisnya untuk sementara waktu, mengingat saat itu ia terbilang cukup produktif menghasilkan karya tulis di berbagai media cetak dan daring.
“Akhirnya ada beberapa hal yang perlu saya korbankan supaya bisa fokus belajar materi ujian,” tukas pria kelahiran Wonogiri itu.
Ketika ditanya apa saja materi yang disiapkan, Indarka mengatakan bahwa itu tergantung jenis seleksinya. Jika untuk SKD, ia mempelajari pengetahuan perihal wawasan kebangsaan seperti nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air, bela negara, dan sejumlah pengetahuan sejarah bangsa Indonesia. Belum lagi terkait hitung-hitungan matematika dasar, serta pertanyaan seputar kepribadian umum yang menguji integritas dan kejujuran peserta ujian CPNS. Bahkan jauh sebelum itu, salah satu syarat administrasi formasi Analis Perkara Peradilan (APP) Mahkamah Agung adalah sertifikat TOEFL dengan skor minimal 450.
“Saya harus les dulu selama satu minggu untuk bisa mendapatkan sertifikat TOEFL,” terangnya.
Sementara terkait tahap SKB yang memiliki tiga cabang ujian (CAT, Wawancara Bidang, dan Wawancara Bahasa Inggris), Indarka mengumpulkan banyak buku dari berbagai sumber. Selain membeli kumpulan materi e-book, ia juga meminjam ke beberapa teman buku-buku tertentu yang ia rasa penting untuk dibaca. “Untuk menekan pengeluaran, saya pinjam buku ke teman-teman. Oleh karenanya, keberhasilan saya ini juga berkat mereka. Selain itu, saya juga mengikuti les bahasa Inggris dan les materi hukum.”
Bagi Indarka, hal yang paling unik ialah ketika ia kerja sama dengan sesama alumni Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta yaitu Indira Rahma dalam mempersiapkan segala macam tahapan seleksi. Dalam hal ini, kerja sama yang dimaksud ialah saling berbagi materi-materi ujian untuk kemudian dibaca dan dipahami masing-masing. “Kalau dipikir kami ini kan sejatinya lawan, karena formasi yang kami lamar sama. Tetapi, sejauh ini kami tak merasa demikian. Malah hal itu sangat bermanfaat, sampai kami sama-sama merasakan buah hasilnya,” ujarnya.
Pada intinya, Indarka mengatakan bahwa semua perjalanan studinya sampai kini berhasil menembus jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) tak luput dari dorongan orang-orang tercinta. Mulai orang tua, keluarga, dan sosok yang dengan penuh kepercayaan memberi dukungan penuh untuknya. “Saya masih belum terlampau yakin bahwa apa yang saya peroleh adalah buah hasil saya pribadi, melainkan bisa jadi jawaban Allah atas doa yang dilangitkan bapak, ibu, dan segenap orang terkasih di sekitar saya, termasuk calon istri saya, Fitri,” ucap Indarka sambil terkekeh.
Kini, terhitung mulai 1 April 2022, Indarka telah resmi menjalankan tugas sebagai Panitera Muda Gugatan di Pengadilan Agama Mamuju, Sulawesi Barat. Menurut Indarka, perjalanan sesungguhnya baru saja dimulai, dan entah kapan akan menjumpai ujung. Melalui wawancara singkat ini Indarka menyampaikan pesan kepada seluruh mahasiswa maupun alumni Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta, bahwa ladang rezeki Allah berhamburan di mana pun tempat dan jalan. Selain itu, Indarka juga menitip pesan untuk jajaran Fakultas Syariah. “Saya yakin semua orang memiliki jalan terbaiknya masing-masing. Ada yang berwirausaha, ada yang jadi karyawan swasta, ada pula yang sibuk di bidang akademik. Saya kira apresiasi dari Fakultas Syariah harus merata ke mereka semua. Kami pernah menyerap ilmu di bawah instansi yang sama, meski takdir kami berbeda. Dan soal mana yang terbaik, saya pikir hanya soal sudut pandang belaka. Sawang sinawang,” pungkas Indarka. (Indarka/SINPUH)