Sukses Akademis dan Organisasi, Ini Sosok Tri Aji Rizki Wisudawan Terbaik Tingkat Fakultas Syariah

FASYA-Rabu (10/03/2021), Menjadi sarjana adalah salah satu pencapaian dalam hidup seseorang. Begitu juga dengan Tri Aji Rizky Nur Alim. Sukses akademis dan organisasi, Ia dinobatkan sebagai wisudawan terbaik tingkat Fakultas Syariah pada Wisuda ke 46 IAIN Surakarta. Mahasiswa Prodi Hukum Pidana Islam ini,  lulus dengan predikat Cumlaude IPK 3,72.

Wisudawan asal Toroh-Grobogan ini selama kuliah dikenal sabagai mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi dan komunitas, baik intra maupun ekstra kampus.

Ia merupakan mahasiswa yang tergabung dalam Program Beasiswa Bidikmisi, sehingga dalam masa kuliah juga mengikuti program pembinaan dari kampus berupa kursus bahasa inggris, capacity building dan pembekalan penelitian.

Dalam mengawali perjalanan beroganisasi, Aji mengikuti organisasi eksternal kampus yaitu PMII Cabang Sukoharjo, hingga saat ini masih menjabat dalam organisasi tersebut.

Selain itu, di dalam kampus ia mengikuti Unit Kegiatan Khusus Pramuka IAIN Surakarta, yang selama dua masa bakti yaitu pada tahun 2018 dan 2019, Ia dipercaya sebagai Pemangku Adat Racana.

Dalam menjalani kehidupan berorganisasi di Pramuka ia mendapat banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Tentang arti kekeluargaan, persahabatan, kerja sama tim, bekerja di bawah tekanan, manajemen resiko, dan berorganisasi secara sistematis.

Hal tersebut dibuktikan bahwa racana merupakan organisasi dengan pengelolaan administrasi terbaik se-UKM/UKK di IAIN Surakarta.

Pramuka juga menjadikannya sebagai pribadi yang ramah, mudah bergaul, serta tidak takut menghadapi tantangan. Pada tahun 2018, Racana mewakili IAIN Surakarta pada Perkemaha Wira Karya di UIN Syarif Kasim Riau.

Pada perhelatan akbar pertemuan pramuka se-Indonesia, Racana mendapatkan predikat Etno Carnival terinovatif. Dalam itu pula Ia melakukan pengabdian kepada masyarakat Suku Ocu di sekitaran Sungai Kampar, Riau.

Pada tahun 2019, Aji juga terpilih dalah Pemilwa Fasya menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Prodi Hukum Pidana Islam. Dalam kepengurusannya Ia membuat acara-acara seminar dan diskusi lintas golongan yang diadakan setiap bulannya.

Ia juga didapuk menjadi wakil ketua dalam komunitas daerah Ikatan Mahasiswa Grobogan, yang berkontribusi dalam mengembangkan dan menjaga silaturrahim mahasiswa yang berasal dari Grobogan.

Tahun selanjutnya, Ia bergabung di Dewan Eksekutif Mahasiswa IAIN Surakarta. Ia dipercaya sebagai Koordinator Bidang Pengembangan Organisasi Kemahasiswaan, karena kepengurusannya bersamaan dengan pandemic Covid-19, Kegiatan DEMA lebih banyak dilakukan via online, PBAK 2020 pun dilaksanakan dalam jaringan.

Di akhir masa semester 8, sembari mengerjakan tugas akhir, Ia mengabdikan dirinya untuk mengabdi di Masyarakat Dukuh Tojayan, Pucangan, Kartasura dan membentuk lembaga pendidikan TPQ An-Nahdliyah dan Madrasah Diniyah Awaliyah Tarbiyatul Mubtadiin.

Di sana Ia mengembangkan pendidikan Islam ala pesantren dengan 4 orang sahabatnya yang sudah lebih dahulu mengajar di sana.  Ia menyadari bahwa pendidikan karakter seseorang harus diawali sejak dini dan dilandasi dengan pengetahuan agama yang kuat, untuk menghadapi perkembangan zaman yang serba cepat.

Mengambil metode ala pesantren salaf yang mengedepankan akhlak dan budi pekerti yang luhur, dinilai juga efektif dalam penguatan karakter dan cinta tanah air. Ada sekitar 70 santri yang mengaji di TPQ dan 30 santri yang mengaji di Madin.

Pengaplikasian Tri Bina Gerakan Pramuka dan Tri Dharma Perguruan Tinggi, adalah metode yang selama ini dipegang untuk bekal mengabdi kepada masyarakat.

“Tidak mudah memang hidup di tengah-tengah masyarakat desa-kota yang majemuk. Hal tersebut adalah bentuk permasalahan dan tantangan bagi mahasiswa yang memang dipersiapkan untuk dapat mengamalkan ilmunya di masyarakat. Ilmu sedikit tetapi diamalkan lebih baik dari memiliki banyak ilmu yang terbengkalai,” ungkapnya.

Dalam pengerjaan skripsi, Ia juga merasa telah bisa mengalahkan dirinya untuk melawan rasa malas dan sulitnya masa pandemi covid-19.

Megambil tema skala nasional yaitu tentang kasus belum terlaksananya hukuman kebiri kimia, mengharuskan ia melakukan penelitian secara langsung di Mojokerto tempat terpidana berada. Waupun begitu, tidak meyurutkan semangatnya untuk melakukan penelitiannya.

Dengan pengarahan dan motivasi dari Bapak Jaka Susila, S.H., M.H. akhirnya Ia dapat menyelsaikan skripsinya dengan baik.

Walaupun dengan estimasi yang melebihi waktu, skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Dan mahasiswa yang baik adalah yang diwisuda pada waktu yang tepat. Kata-kata tersebut memang benar adanya. Mahasiswa perlu meningkatkan kemampuannya di manapun tempat yang dipilih, karena dengan meningkatkan kemampuan, mahasiswa dapat memberikan kontribusi terbaik dan belajar sesuatu dengan lebih baik.

“Selama masih menyandang status sebagai mahasiswa, kita harus memanfaatkannya semaksimal mungkin, mencari pengalaman sebanyak mungkin, agar setelah lulus kita dapat menempatkan diri sebagaimana mestinya,” tuturnya.

Mencari ilmu hukumnya adalah wajib, sedangkan mendapat IPK tinggi, menjadi wisudawan terbaik, mendapat pekerjaan yang sesuai dengan apa yang diharapkan, mendapatkan teman yang baik, dosen yang luar biasa adalah bonus yang memang tidak datang kebetulan. Semua telah digariskan oleh Allah SWT, tinggal bagaimana kita merencanakan dan menjalani.

“Motivasi terbesar saya adalah, usaha itu harus dilaksanakan secara maksimal, masalah hasil yang menentukan Allah SWT,” pungkas Aji. (Tri Aji/ Ed. dw)

 

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV