Terkikisnya Generasi Emas di Era Globalisasi

Oleh: Latiefah Nur Aini Falah

(Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam, Santri PESMA Munawir Sjadzali Fakultas Syariah IAIN Surakarta, E-mail: [email protected])

Era globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi. Selain manfaatnya yang besar, perkembangan teknologi juga turut menggerus generasi. Kemudahan mengakses berbagai hal membuat generasi muda terlena. Akibatnya, generasi muda kian hari kian meredup, yang tersiar hanya sisi negatifnya. Misalnya saja, ditemukannya konten pornoaksi dan pornografi serta kekerasan di media-media sosial generasi muda.

Tidak sedikit generasi muda sat ini yang telah kehilangan jati diri bangsanya. Norma-norma agama, kesusilaan, kesopanan, sudah tidak lagi mereka terapkan. Banyaknya budaya asing yang masuk membuat semakin kacau. Kurangnya filter yang ada di masyarakat semakin menambah rusaknya moral anak muda. Selain itu, diperparah pula oleh tayangan televisi  dengan  konten yang tidak mendidik yang tersiar 24 jam di berbagai saluran. Kekerasan dan pergaulan antara laki-laki dan perempuan sekarang ini bukan lagi hal yang tabu bagi anak-anak.

Sulit dipungkiri jika hal-hal tersebut memicu lahirnya generasi muda yang gagal. Bagaimana tidak, banyak anak-anak misalnya yang tidak hafal lagu-lagu nasional namun fasih menyanyikan lagu korea, lagu dewasa dan lain-lain. Jauh sebelum era globalisasi masuk ke Indonesia, setiap anak dapat merasakan indahnya masa kecil yang ditemani permainan tradisional. Saat ini, anak-anak sibuk dengan gadgetnya tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Mereka sibuk bermain game atau hanya sekedar menjelajah dunia maya yang tidak ada manfaatnya. Tak jarang pula ditemui anak-anak yang sudah mengenal pacaran bahkan lebih dari itu. Hal ini tentu sangat memprihatinkan bagi masa depan Indonesia.

Namun begitu, untungnya masih ada segelintir anak muda yang mau berjuang untuk mengukir prestasi memanfaatkan perkembangan teknologi. Di antara mereka ada yang memulai berwirausaha sejak belia, seperti berjualan secara online. Sebagian mereka ada pula yang memulai debut di bidang industri maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun hal ini kurang diperhatikan dan diekspos oleh pemerintah.

Di antara generasi muda itu misalnya, Medina Susani Daivina Zein atau dikenal Medina Zein yang berasal dari Bandung dan bergerak di bidang produk kecantikan berlabel Medina Glowing Skin. Atina Maulia di bidang fashion dengan produk Vanilla Hijab. Novi Wahyuningsih yang berasal dari Kebumen yang bergerak di bidang media sosial lewat produk Aplikasi Callind. Itulah beberapa contoh anak muda yang sukses dan membanggakan negeri. Namun aspek positif demikian kurang terekspose di kalangan generasi muda, karena dikalahkan oleh konten tak bermutu yang diviralkan.

Kecenderungan generasi muda yang negatif demikian dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan bergaul, sekolah, dan pemerintah. Keluarga memegang peran utama dalam masalah ini. keluarga seharusnya mengedukasi generasi dengan menanamkan agama dan moral yang baik. Namun saat ini pendidikan dalam keluarga cenderung salah. Banyak orang tua yang melakukan apapun demi memenuhi kemauan anak mereka.

Orang tua yang kurang tau teknologi menjadikan mereka mudah dikelabui anak-anaknya. Mereka berpikir bahwa dengan memberikan segala keinginan anaknya akan membuat mereka bahagia. Sehingga mereka memanjakan anak mereka. Hal itu semakin membuat mereka seakan-akan disanjung. Tanpa disadari itulah yang menjadikan generasi tidak berkembang.

Kebanyakan generasi muda masih belum bisa membedakan mana yang kebutuhan dan keinginan (nafsu). Kecenderungan generasi muda saat ini lebih mementingkan nafsu belaka demi tren yang ia ikuti, tanpa memikirkan akibat jangka panjang. Selain itu banyak anak yang salah memilih pergaulan karena kurangnya kedekatan di dalam keluarganya (khususnya di daerah perkotaan). Ini karena orang tua mereka sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anakanya. Namun tanpa mereka sadari sebenarnya anaknya sangat membutuhkan kasih sayang mereka. Hal ini terkadang menimbulkan kekecewaan dalam diri anak dan dilampiaskan secara salah.

Kedua, lingkungan masyarakat juga memiliki peran penting. Ini karena lingkungan di mana seseorang bergaul, maka di situlah ia akan ikut bercampur dengan lingkungannya. Pepatah mengatakan, sifat seseorang itu tergantung pada lingkungan sekitar yang ia campuri. Dalam bergaul, generasi muda seharusnya bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, walau terkadang yang buruk itu bisa sepintas terlihat baik, sehingga mudah terjerumus ke dalamnya. Hal terpenting yang harus ada dalam setiap diri generasi muda adalah iman yang kuat. Generasi muda harus lebih mendekatkan diri kepada Allah agar terhindar dari maksiat.

Ketiga, sekolah juga memiliki pengaruh terhadap generasi muda. Ini karena selain di rumah, sekolah juga merupakan tempat anak untuk belajar dan tumbuh berkembang mendewasakan pikirannya. Kebijakan kurikulum 2013 misalnya, yang semula bermaksud untuk menjadikan siswa aktif, tetapi malah menimbulkan kekacauan. Siswa yang sulit menangkap pelajaran dengan baik, karena keterbatasan referensi menyebabkan mereka bersikap pasif dan mengandalkan internet sebagai solusi. Begitu juga dengan diterapkannya full-day school, turut mempengaruhi generasi muda dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ini karena full-day school sudah menyita waktu bermain mereka, sehingga mempengaruhi pergaulan mereka.

Terakhir, yang mempengaruhi perkembangan generasi muda adalah pemerintah. Maksudnya, banyak kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Di antaranya, banyaknya siaran televisi yang kurang bermanfaat seperti sinetron yang tidak layak ditontotn oleh anak-anak. Selain itu juga minimnya siaran yang mengedukasi anak-anak melalui televisi di Indonesia. Hal ini membuat miris keadaan anak di Indonesia.

Guna melindungi generasi, hal yang dapat dilakukan di antaranya adalah membenahi sistem pendidikan moral dan akhlak setiap individu. Selain itu, setiap generasi muda perlu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan mencari lingkungan yang baik. Generasi muda perlu menyediakan waktu untuk bercengkerama bersama keluarga dan teman tanpa menggunakan handphone. Ini penting agar bisa menikmati kebersamaan dengan saling memperhatikan dan mempunyai rasa empati. Selain itu generasi muda harus bisa mengendalikan teknologi yang pesat, dan bukan sebaliknya menjadi budak yang dikendalikan oleh teknologi. (SH)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV