Tracer Study Tolok Ukur Relevansi Perguruan Tinggi

FASYA – Guna memaksimalkan studi pelacakan (tracer study) dan pengembangan karir alumni, Fakultas Syariah IAIN Surakarta mendelegasikan Wakil Dekan III dan staff IT untuk mengikuti “Workshop Tracer Study untuk Sukses Akreditasi”. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Center for Entrepreneurship and Career Development (CENDI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada hari Kamis-Jum’at, 19-20 April 2018 bertempat di Hotel Grand Tjokro Yogyakarta. Sekitar 167 peserta dari 45 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) se-Indonesia hadir dalam acara ini.

Prof. Arskal Salim, Ph.D, Direktur Diktis Kemenag RI, tampil sebagai keynote speaker. Beliau antara lain menegaskan bahwa tracer study (TS) penting untuk mengukur relevansi Perguruan Tinggi (PT) dengan dunia kerja. Bagi PT, ini penting untuk melakukan perbaikan dan mutu. Bagi dunia kerja, TS penting sebagai dasar memperoleh tenaga kerja yang relevan. Sementara bagi orang tua, TS juga penting sebagai informasi untuk memilih PT yang serapannya tinggi pada dunia kerja.

Pada hari Kamis, setelah Prof. Arskal, acara dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama, tampil dua pembicara yang diawali oleh Mun’im Sirry, Ph.D (University of Notre Dame). Beliau memaparkan pengalaman pribadinya sebagai alumni PT di Amerika. Menurutnya, kelebihan PT di Amerika di antaranya senantiasa menjaga hubungan (keep in touch) dengan alumninya. PT aktif memberikan informasi aktifitas dan perkembangan lembaga kepada alumninya. Dengan begitu, alumni merasakan sebagai bagian dari keluarga besar almamaternya. Setelah itu terbangun, sesekali PT menagih kontribusi alumni pada almamaternya.

(Catatan “Workshop Tracer Study untuk Sukses Akreditasi”)
“Workshop Tracer Study untuk Sukses Akreditasi”

Mun’im juga menambahkan, setiap PTKI harus memiliki keunggulan yang menjadi ciri pembeda. Ini penting agar alumni memiliki daya saing. Chicago University, ia mencontohkan, unggul dalam teori. Karenanya, alumninya menjadi pilihan utama bagi universitas-universitas riset. Sementara Harvard University tidak memandang penting penguasaan teori. Harvard unggul dalam studi kasus. Karenanya, alumninya mahir melahirkan teori-teori baru.

Sementara Dr. M. Fakhri Husein, SE., M.SI., ketua LPM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tampil setelah Mun’im pada sesi pertama ini. Ia menyoroti soal TS dalam konteks akreditasi. Agar TS mendukung keberhasilan akreditasi, menurutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, secara kelembagaan, perlu unit khusus yang mengelola pengembangan karir dan alumni. Lembaga ini, lanjutnya, bertugas: memberi informasi kerja, bursa kerja, perencanaan karir, pelatihan melamar kerja, dan layanan penempatan kerja.

Kedua, sistem TS yang efektif yang meliputi: kebijakan, strategi dan komitmen isntitusi; instrumen yang memadai; monitoring dan evaluasi efektifitas TS; dan tindak lanjut untuk mencapai sasaran. Ketiga, partisipasi minimal 20% dari keseluruhan alumni. Partisipasi alumni diarahkan meliputi: sumbangan dana, sumbangan fasilitas, masukan untuk perbaikan proses pembelajaran, dan pengembangan jaringan.

Tracer Study adalah Riset

Setelah Zuhur, Dr. Ahmad Salehuddin, Direktur Cendi UIN Sunan Kalijaga mengawali sesi kedua. Ia menegaskan bahwa tracer study merupakan riset terhadap populasi lulusan, bukan terhadap sampling. Tujuannya untuk mendapatkan umpan balik dari alumni. Hasilnya bisa digunakan untuk peningkatan mutu program studi. Agar sukses, perangkat yang dibutuhkan dalam TS menurutnya adalah: lembaga, staff, metode, surveyor, pendekatan, pendanaan, sarana, dan kuesioner.

TS, lebih lanjut Salehuddin menuturkan, setidaknya bisa menggunakan dua metode. Pertama, metode exit cohort. TS dilakukan per-angkatan tahun kelulusan, setelah tiga tahun dari kelulusannya. Misalnya mahasiswa yang lulus pada tahun 2015, diteliti datanya pada tahun 2018. Kedua, metode entry cohort. TS dilakukan per-angkatan masuk kuliah. Alumni yang ditracer adalah tiga angkatan sebelum tahun pelaksanaan tracer.

Setelah Salehuddin, sesi kedua dilanjutkan oleh Abdur Rozaki, Sekjen Ika Suka dan pendiri Cendi UIN Sunan Kalijaga. Ia menegaskan pentingnya keberadaan pusat karir pada setiap PTKI. Menurutnya, di antara makna penting pusat karir tersebut adalah: mengarahkan karir mahasiswa sesuai kompetensi prodinya; mendekatkan mahasiswa dengan pasar kerjanya agar menjadi pencipta lapangan kerja; menjamin mutu akreditasi; dan memudahkan sinergi kampus dengan alumninya.

Namun ia juga menyarankan agar masing-masing pusat karir di PTKI berjejaring satu sama lain. Hal ini menurutnya penting, karena secara kelembagaan keberadaan pusat karir masih lemah dan seringkali belum didukung oleh kebijakan pusat dan pimpinan masing-masing. Lebih dari itu, pusat karir belum sepenuhnya bersinergi dengan jaringan alumni.

Pada hari kedua kegiatan (Jum’at), Mahrus El-Mawa, Kasi Penelitian dan Hak Kekayaan Intelektual, Direktorat PTKI, Ditjen Pendis Kemenag RI. tampil sebagai penyaji. Ia menyoroti kaitan TS dan penelitian bagi kemajuan PTKI. Menurutnya, TS merupakan kebutuhan setiap PT. Karenanya, pada tahun 2019, pihaknya berupaya mendukung dan memfasilitasi riset TS bagi PTKI.

Sementara sebagai pemateri terakhir, tampil Siti Rohaya, M.T sebagai pemateri. Ia mengenalkan software TS yang disusun tim Cendi. Software ini masih dalam proses persiapan dan direncanakan bisa dimanfaatkan oleh PTKI lain. (SH)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV