FASYA-Jum’at, 21/08/2020, Lembaga Semi Otonom Literasi, Riset, dan Jurnalistik (LIRIK) Fakultas Syariah kembali menyelenggarakan obrolan buku secara daring melalui WhatsApp grup.
Obrolan buku “Ikigai (The Book Of Ikigai Make Life Worth Living)” dikisahkan oleh mahasiswi Hukum Ekonomi Syariah yaitu Sarah Hilda Assyifa yang sekaligus menjabat sebagai ketua devisi literasi.
Buku karya Ken Mogi, Ph.d. berisi tentang bagaimana orang-orang Jepang bisa menjalani hidup yang panjang dan bahagia berkat keajaiban ikigai. Buku ini termasuk self development (buku pengembangan diri).
Pengisah memaparkan bahwa yang dimaksud dengan Ikigai adalah istilah Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Dalam bahasa Jepang, ikigai digunakan dalam berbagai konteks, dan dapat diterapkan pada hal-hal kecil di keseharian selain target-target dan prestasi-prestasi besar. Itu adalah sebuah istilah umum yang digunakan orang-orang dalam keseharian hidup secara luwes, tanpa menyadari akan artinya yangg istimewa.
Buku ini menceritakan tentang kunci kesuksesan Hiroki Fujita. Dia adalah Chef bintang tiga Michelin paling tua di dunia yang masih hidup. Buku ini menceritakan rahasia Hiroki Fujita yang mampu tetap bersemangat menjalani hari-harinya.
Kunci utamanya ternyata memiliki IKIGAI yang membuatnya tak pernah bosan melakukan hal yang sama dan detail setiap hari. Dia menemukan ikigai dari senyuman pelanggannya, penghargaan-penghargaan yang dia peroleh, atau dari hawa sejuk kala fajar, saat dia bangun, dan bersiap-siap pergi ke pasar ikan. Dia bahkan berharap bisa mati selagi membuat sushi.

Ikigai adalah filosofi hidup dari Jepang yang akan memberikan Anda motivasi, semangat, gairah, dan tujuan untuk menjalani hidup. Melalui berbagai kisah inspiratif, Ken Mogi seorang brain scientist, menunjukkan keajaiban ikigai dalam hidup manusia. Tidakkah kini saatnya Anda menemukan Ikigai Anda sendiri?.
Penulis mengidentifikasi terdapat 5 pilar utama untuk ikigai. pilar pertama adalah awali dengan hal kecil, kedua yaitu bebaskan dirimu, ketiga keselarasan dan kesinambungan, pilar keempat adalah kegembiraan dari hal-hal kecil, pilar terakhir adalah hadir di tempat dan waktu sekarang.
Sebagai penutup diskusi dan obrolan buku, pengisah buku menyampaikan closing statementnya: “jadi yang dapat saya ambil dari buku ini yaitu mampu memberi kita wawasan yang lebih luas mengenai makna hidup sesungguhnya dan bagaimana supaya kita termotivasi bahwa ternyata hidup itu berarti.”
Adanya obrolan buku ini, diharapkan dapat menjadi dasar untuk meningkatkan minat mahasiswa di dunia literasi khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan tetap menjaga eksistensi buku. Dari sini kita akan kembali tergerak untuk melakukan sesuatu untuk perubahan yang lebih baik untuk hari esok. Salam Literasi! (Siti Wahidah R/LIRIK/Ed. AFZ)