Sosialisasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga di MA Tahfizh Nurul Iman, Karanganyar

FASYA-Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta yang beranggotakan Dr. Sidik, S.Ag. M.Ag. dan Ahmadi Fathurrohman Dardiri, M.Hum. mengadakan kegiatan PkM pada Jumat, (21/06/2024) di Madrasah Aliyah (MA) Tahfizh Nurul Iman, kabupaten Karanganyar.

Dengan latar belakang program studi (Prodi) Hukum Keluarga Islam (HKI), tema PkM ‘Sosialisasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga di MA Tahfizh Nurul Iman, Karanganyar’ ditujukan untuk memperkenalkan para santriwati tingkat Madrasah Aliyah terhadap dunia paling kelam bagi perempuan, yakni menjadi mandiri tanpa suami dan menjadi mandiri sebagai kepala keluarga bagi anak-anaknya.

Sebelum acara PkM dilakukan, Dr. Sidik, S.Ag. M.Ag. selaku perwakilan tim PkM menyampaikan kata sambutan tentang pentingnya tema Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA, lihat pekka.or.id) diperkenalkan kepada generasi muda perempuan. Selain untuk memperlihatkan tantangan masa depan secara lebih dekat, hal ini menunjukkan kepedulian kita semua tentang keadaan para perempuan dewasa yang seringkali lebih sulit keadaannya dibandingkan laki-laki dewasa.

Selain itu, Sidik juga menyampaikan sosialisasi kampus UIN Raden Mas Said Surakarta, secara khusus Fakultas Syariah yang memiliki 4 prodi: Hukum Ekonomi Syariah (HES), Hukum Keluarga Islam (HKI), Hukum Pidana Islam (HPI), dan Manajemen Zakat dan Wakaf (MZW). Beriringan dengan status terakreditasi ‘Unggul’ UIN Raden Mas Said Surakarta, 3 prodi pertama yang disebutkan juga telah terakreditasi ‘Unggul’.

Turut hadir pada kegiatan PkM ini Kepala Sekolah MA Tahfizh Nurul Iman, Yadi, S.Pd., yang dengan tangan terbuka menerima kedatangan perwakilan tim PkM Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta. Bapak Yadi menyampaikan terima kasih kepada tim PkM karena telah memilih MA Tahfizh Nurul Iman, kabupaten Karanganyar, sebagai lokasi PkM. Selain itu, bapak Yadi juga berharap ke depannya kedua instansi ini dapat bersilaturahmi di bidang-bidang pengabdian, pendidikan, maupun penelitian.

Tema PkM kali ini menghadirkan Ahmadi Fathurrohman Dardiri, M.Hum. sebagai narasumber, yang memaparkan tentang bagaimana ‘Islam Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Perempuan’. Bertindak sebagai moderator ibu Zakia El Muarrifa, S.S., M.Inter&Trans.St.

Perempuan Tangguh Tak Butuh Dibela
Perempuan sejatinya adalah makhluk Tuhan yang sama kuatnya dengan laki-laki. Ahmadi menjelaskan fakta-fakta yang menunjukkan superioritas laki-laki sejatinya tak benar-benar sepenuhnya mendominasi kehidupan perempuan. Sebaliknya, eksistensi perempuan di sisi laki-laki yang justru menggenapi dan mengkonfirmasi kedigdayaan laki-laki di tengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan.

Melalui pengenalan terhadap diri sendiri, perempuan tidak saja berpotensi besar mengungguli laki-laki, namun juga secara protagonis bisa merangkul laki-laki untuk lebih bersinergi dengan perempuan, sehingga kerjasama di antara keduanya membuat kehidupan sepasang laki-laki dan perempuan lebih layak dijalani. Artinya, Tuhan mentakdirkan laki-laki dan perempuan sebagai pasangan benar-benar untuk tujuan keberkahan. Oleh karenanya, perilaku tak lazim semisal gay, lesbian, serta turunannya tak memiliki justifikasi sama sekali untuk dijalani oleh siapapun.

Kembali ke topik perempuan. Jika laki-laki kuat fisiknya, maka kekuatan perempuan terletak pada aspek psikisnya. Secara personal dan sosial, mental perempuan lebih teruji dibandingkan laki-laki karena beberapa alasan.

Pertama, antar sesama perempuan masih cenderung saling menyakiti. Tanpa disadari, para perempuan ‘terlatih’ sejak muda sebagai pihak yang tahan dengan ragam ujian kehidupan, karena ada kecenderungan untuk saling berkompetisi di antara sesama perempuan. Sesama perempuan lebih kompetitif dibandingkan sesama laki-laki dan fakta ini telah diketahui bersama. Selain itu, ruang publik yang telah didominasi laki-laki memaksa perempuan berebut di tempat yang tersisa dan sangat sempit tersebut.

Kedua, perempuan cenderung ‘tak rela’ untuk berpikir sederhana dalam memahami dan mengambil keputusan atas hal-hal. Karena didorong oleh naluri, perasaan, dan sesuatu yang non-rasional (lawan dari laki-laki yang terlalu rasional sehingga cenderung tanpa perasaan), proses pengambilan keputusan pada diri perempuan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi dan butuh durasi yang lama.
Hal tersebut menggambarkan betapa perempuan sanggup bertahan dalam tekanan psikis, serta tak mudah menyerah atas hal-hal yang dialaminya. Hal ini sejatinya menunjukkan seberapa tangguh perempuan menghadapi keadaan yang kompleks dalam kesehariannya. Keteguhan ini menunjukkan perempuan terlatih dengan hal-hal yang menimbulkan stres, di mana hal tersebut cenderung dihindari laki-laki.

Islam Membela Perempuan
Namun, meski tak butuh dibela, perempuan tetaplah mahluk Tuhan yang berhak dan butuh dicintai, diperhatikan, disayangi, dan diberikan ruang untuk berekspresi. Memang, dibandingkan keadaan laki-laki, tidak banyak ayat al-Qur’an yang secara tersurat membicarakan tentang perempuan dan menggunakan kata ganti perempuan. Namun, melalui keterwakilan beberapa ayat al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saja, Islam secara substantif jelas berada pada posisi membela perempuan at all cost.

Meskipun proporsinya tak banyak, al-Qur’an dengan tegas memposisikan perempuan di posisi yang penting. Kehidupan perempuan yang dulunya dimiliki mutlak oleh laki-laki, di awal kemunculan Islam, berubah menjadi independensi dan kesamaan hak atas hal-hal yang sebelumnya hanya boleh dimiliki oleh laki-laki. Penjelasan tentang perempuan bahkan termaktub dalam surat khusus dalam al-Qur’an yang juga berarti perempuan, yaitu QS an-Nisa’.

Ahmadi mencatat ada 2 hal yang menunjukkan bahwa menjadi perempuan bahkan ‘lebih beruntung’ dibandingkan menjadi laki-laki.
Pertama, kelak ketika menjadi seorang ibu, posisi perempuan ditinggikan 3 kali lipat dibandingkan laki-laki. Dalam suatu Hadis, Rasulullah menjelaskan bahwa ibu 3 kali lebih didahulukan dari pada ayah.
Berikut petikan redaksi Hadis Nabi tentang hal tersebut. “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah sambil berkata; ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?’ Rasul menjawab: ‘Ibumu.’ Dia bertanya lagi; ‘Lalu siapa?’ Rasul menjawab: ‘Ibumu.’ Dia bertanya lagi; ‘Lalu siapa lagi?’ Rasul menjawab: ‘Ibumu.’ Dia bertanya lagi; ‘Lalu siapa?’ Beliau menjawab: ‘Kemudian ayahmu.’”
Kedua, kelak jika seorang perempuan menjadi janda, Allah memberikan kemuliaan bagi siapapun yang membantu janda dan menyetarakan bantuan kepadanya sebagai bentuk jihad di jalan Allah.
Berikut petikan redaksi Hadis Nabi tentang hal tersebut. “Orang yang mengusahakan bantuan bagi janda dan fakir miskin itu bagai berjihad di jalan Allah.” Dalam satu riwayat, “Bagai orang yang melaksanakan salat malam yang tak putus dan bagai orang yang berpuasa sepanjang tahun.”

Dari kedua hadis ini, menjadi jelas bagi kita bahwa perempuan dewasa, baik sebagai ibu dan janda, Tuhan telah menyiapkan ‘jaring pengaman’ (safety net) bagi mereka. Tuhan memuliakan perempuan dari sisi yang tidak diduga, yakni dengan menyelipkan keutamaan pada diri mereka, baik sebagai ibu maupun janda.

Tetap Sayang Terhadap Perempuan
Apapun yang melekat secara biologis pada diri perempuan, juga apapun yang Islam bicarakan tentangnya, semuanya menunjukkan keberpihakan yang nyata terhadap para perempuan. Melalui penggambaran tentang ‘keberuntungan’ menjadi perempuan, maka tak perlu lagi ada keraguan bahwa perempuan tangguh akan berhasil menjalani takdir paling sulit sekalipun dan tentu saja pasti berhasil melewatinya dengan baik.

Namun, fakta-fakta kehebatan dan keberuntungan perempuan tidak berarti bahwa laki-laki tidak perlu menunjukkan kasih sayang kepada perempuan. Sebaliknya, karena selama ini perempuan terlihat berjuang lebih keras dari laki-laki, maka laki-laki perlu lebih menunjukkan kepekaan, perhatian, kasih sayang, dan mendukung para perempuan untuk bisa hidup lebih bahagia sehingga mereka dengan tenang menjalani takdir Tuhan sebagai perempuan, yang jelas-jelas posisinya ‘setara’ dengan laki-laki di hadapan Allah SWT. Demikian. Wallaahu a’lam. (afd)

Bagikan

Berita Terbaru

Informasi Terkait

FasyaTV