Saat ini kita berada pada era peradaban teknologi informasi digital. Karenanya, menguasai teknologi informasi digital menjadi sebuah keharusan jika kita ingin mewarnai peradaban yang tengah berlangsung. Tidak terkecuali di bidang keilmuan hukum Islam dan hukum positif yang menjadi konsen Fakultas Syariah. Salah satu bekal penting yang harus dimiliki untuk dapat eksis pada era ini adalah pengetahuan seputar jurnalistik berbasis teknologi digital.
Inilah yang melatari Fakultas Syariah pada Sabtu, 13 Mei 2017 lalu mengadakan pelatihan “Jurnalisme Hukum di Era Digital”. Pelatihan ini dimaksudkan untuk membekali mahasiswa dasar-dasar jurnalisme, jurnalisme hukum, dan pemanfaatan media digital di dalamnya. Acara yang bertempat di gedung Fakultas Syariah Lt. I ini diikuti sekitar lima puluhan mahasiswa khususnya yang duduk di semeter dua dan empat.
Dalam sambutannya mewakili Dekan Fakultas Syariah, Wakil Dekan III menegaskan bahwa pelatihan ini penting dan relevan bagi mahasiswa Fakultas Syariah. Menurutnya, jurnalistik adalah seni menyajikan informasi kepada publik. Di era teknologi informasi seperti saat ini, keilmuan hukum (Islam dan positif) juga membutuhkan bekal jurnalistik agar khazanahnya dapat disajikan secara baik ke hadapan publik. Isu-isu dan kasus hukum yang normatif dan formal harus bisa dikemas secara renyah sehingga menjadi sajian menarik bagi publik. Untuk sampai pada kemampuan demikian, mahasiswa harus mau memulai belajar menyajikan berita dari peristiwa sehari-hari yang ditemuinya. Guna memfasilitasi hal ini, Fakultas Syariah mengajak peserta pelatihan untuk bergabung dalam relawan rilis berita sebagai tindak lanjut dan sekaligus praktik pasca pelatihan ini.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Andi Wicaksono ini menghadirkan Abu Nadhif, S.Sos.I, redaktur harian umum Solopos, selaku pembicara. Ia menyajikan dasar-dasar jurnalistik secara teoritik dan contoh-contoh konkrit berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukannya. Ia juga memaparkan beberapa kasus jurnalisme hukum dan pemanfaatan media digital. Di akhir sesi ia memotivasi peserta agar terus menerus berlatih menulis. Jika ingin bisa menulis, menurutnya syaratnya hanya satu, yaitu menulis. Begitu pungkasnya. (SH)