Kemajuan Teknologi Tak Diiringi Tumbuh Suburnya Budaya Baca

FASYA-Kamis, (01/02/2024) Lembaga Semi Otonom (LSO) Literasi, Riset, dan Jurnalistik (LIRIK) Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta mengadakan Khataman Buku untuk pertama kalinya dalam kepengurusan tahun 2024 di teras Fakultas Syariah. Buku yang dibahas adalah ‘Kuasa Aksara’ karya M. Fauzi Sukri, buku ini merupakan kumpulan essay yang terdiri dari 7 essay. Namun, hanya 4 essay yang dibahas dalam khataman ini karena menurut pengkhatam essay tersebut yang paling relevan. M Fillah Akbar Rafsanjani (Mahasiswa Hukum Pidana Islam) sebagai pengkhatam penjelasan bahwa buku ini relevan dibaca karena buku ini membahas tentang kemajuan teknologi yang tidak diiringi dengan tumbuh suburnya budaya baca.

Dimuka, Fillah menjelaskan essay yang berjudul Hatta, Tan Malaka dan Masa Depan Pembaca. Membahas perbedaan nasib Tan Malaka dan Bung Hatta. Bung Hatta dalam setiap pembuangannya masih bisa membawa berpeti-peti buku sebagai bahan bacaannya. Berbeda dengan Tan Malaka karena semasa hidupnya selalu berpindah tempat menghindari polisi kolonial waktu itu. Jika saat itu ebook telah tersedia maka Tan Malaka sangat diuntungkan. Karena tidak memerlukan peti untuk menumpuknya. Setelah pembahasan essay, para peserta meberikan pendapatnya masing-masing mengenai essay yang dibahas.

Berikutnya essay kedua yang berjudul Sang Mesin Pembaca. Dalam essay ini Fillah menjelaskan bahwa percepatan teknologi cetak buku tidak diiringi dengan kemampuan kecepatan membaca manusia. Mulai dari penemuan kertas, huruf cetak, sampai pencetak buku massal kemampuan membaca manusia tidaklah ikut berubah. Usaha membaca berkembang hanya dengan kemauan dan usaha masing-masing manusia itu sendiri.

Michael Hart dan ambisi ebook adalah essay yang dibahas Fillah selanjutnya. Berisi tentang ambisi pembuatan e-book untuk menciptakan dan mendistribusikan e-book, yang bertujuan menyebarkan seluas-luasnya e-book kepada masyarakat sehingga setiap kalangan (menengah ke bawah) dapat menikmati kemewahan buku. Namun sayangnya, dalam konteks Indonesia, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta e-book masih menjadi pilihan kedua dalam menikmati bacaan. Beberapa alasan yang diutarakan peserta karena e-book yang dibaca di smartphone banyak terdapat distraksi seperti notifikasi Whatsapp, tiktok, Instagram dan media sosial yang lainnya. Sementara beberapa diantara mereka beranggapan bahwa ada e-book lebih efisien sehingga tidak memerlukan ruang yang lebih.

Essay terakhir yaitu Kota-kota Beraksara. Adanya persebaran buku di kota menandakan kota tersebut memiliki peradaban yang maju. Seperti kota tertua di dunia, Jbail di Lebanon (Byblos dalam Bahasa Yunani berarti buku). Kota titu menjadi salah satu pusat keilmuan pada zamannya. Kota berbuku terus berkembang mengalami pasang surut peralihan dominasi, seperti saat Gutenberg menemukan cetakan huruf di Jerman, seketika pusat keilmuan beralih ke belahan bumi Eropa. Kebangkitan dan kemunduran kota-kota melibatkan banyak faktor yang tidak sepenuhnya bersifat ekonomis. Tetapi juga faktor budaya masyarakatnya itu sendiri.
Khataman buku dimulai pikil 16.00 s/d 17.30, diikuti oleh lebih kurang 23 peserta dari internal dan mahasiswa Fakultas Syariah. Fillah sebagai pengkhatam menarik kesimpulan, meskipun kemajuan teknologi telah mendukung persebaran buku dan e-book tidak otomatis mendongkrak budaya malas berbuku di Indonesia. Perlu upaya dan usaha yang massif dalam mengenalkan buku kepada khalayak luas, seperti contohnya bedah buku sore ini.

(LSO Lirik/Ed.afz/SINPUH)

Bagikan

Berita Terbaru

Informasi Terkait

FasyaTV