FASYA Gelar Workshop “Pengembangan Portofolio Digital untuk Karir Akademik Dosen”

FASYA – Kamis 15/08/2019 Sivitas akademika Fakultas Syariah IAIN Surakarta, khususnya dosen, mengikuti Workshop “Pendampingan Pengembangan Portofolio Digital Dosen Fakultas Syariah IAIN Surakarta”.Workshop ini menghadirkan pembicara SF Lukfianka Sanjaya Purnama, M.Hum.

Pak Sanjaya, demikian beliau biasa disapa, adalah dosen Fakultas Adab dan Bahasa (FAB) IAIN Surakarta yang lebih layak dijuluki ‘technopreneur’ karena antusiasme dan keaktifannya berkarya di bidang digital untuk pengembangan akademik bersama dosen sejawat maupun mahasiswanya.

F Lukfianka Sanjaya Purnama, M.Hum. sedang memaparkan materinya

Pak Sanjaya pada sesi pertama menekankan bahwa kemajuan teknologi sekarang akan terasa sia-sia jika tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Kemajuan teknologi harus dinikmati, dimiliki, dan dimanfaatkan semua orang. Lebih-lebih untuk hal baik yang sifatnya strategis.

Sivitas akademika yang memanfaatkan teknologi tidak hanya mendapatkan nilai tambah saat proses pembelajaran berlangsung, melainkan juga saat proses penilaian oleh asesor dalam bentuk kerapihan portofilo atau profil diri.
Menurut pak Sanjaya, yang menarik dari semua proses pemanfaatan teknologi secara masif ini adalah sifatnya yang tidak berbayar atau gratis. Google adalah salah satu pioneer dalam soal penyajian layanan teknologi tak berbayar untuk pemberdayaan sekaligus peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Bahwa terjadi perdebatan soal pajak dan efek negatif yang ditumbulkan dari platform tekonologi berbasis multinasional itu di Indonesia, kita abaikan saja. Hal ini ibarat dua sisi pisau yang jika kita sadar dalam penggunaannya, akan fokus pada sisi positif seluas-luasnya dari pada terpaku pada sisi negatifnya.
Layanan teknologi tak berbayar dimaksud adalah Google Sites dan Android.

Google Sites ditujukan untuk pembuatan profil diri dalam bentuk website dengan ketentuan tertentu sehingga membuatnya tak berbayar. Sementara Android dimanfaatkan untuk konversi halaman website pribadi kita dalam bentuk file APK (Android Package Kit) yang kelak bisa diunduh dan diinstalasi siapapun di gawai mereka.

Muncul pertanyaan, “Mengapa Google dan Android?” Tidak lain karena digital platform paling banyak dimanfaatkan sebagai operating system di gawai saat ini adalah Android, sementara Google Sites (barangkali) dimaksudkan untuk selaras dengannya.

Pada sesi kedua,saat praktek pembuatan Google Sites dan konversi ke APK, pak Sanjaya menekankan pentingnya ‘mengalami sendiri’ dalam pembuatan portofolio di website masing-masing. Membayar developer (orang lain) untuk merawat ‘rumah kita’ mungkin memudahkan, tapi efeknya adalah ketergantungan dengan orang lain. Hal-hal tak terduga bisa saja terjadi dan celakanya akan sangat mempengaruhi portofolio kita.

Praktek pembuatan Google Sites dan konversi ke APK 

Begini gambaran sederhananya. Jika developer yang kita gunakan jasanya terlibat persoalan kejahatan penipuan maupun terorisme, akun-akun yang bernaung di bawahnya boleh jadi terancam lenyap atau minimal kita menjadi repot karenanya. Mengingat portofolio dimaksud adalah gambaran diri kita, maka nama kita juga menjadi pertaruhan. Alangkah baiknya jika yang menjaga nama baik kita adalah diri kita dan bukan orang lain.

Kegiatan bernilai strategis ini hendaknya tidak berhenti di workshop saja, melainkan harus ditindaklanjuti secara nyata di lapangan dengan mengawal dan memastikan semua dosen di lingkungan IAIN Surakarta, khususnya Fakultas Syariah, memiliki portofolio yang rapi, menarik dan dapat diakses seluas-luasnya oleh sivitas akademika lainnya. (afd)

(Materi presentasi bisa diunduh di sini.)

Bagikan

Berita Terbaru

Informasi Terkait

FasyaTV