FASYA-Kamis, (26/09/2024) Departemen Debat Hukum Sharia Law Community (SLC) kembali melaksanakan program kerjanya berupa “Seminar Nasional” dengan tema Refleksi Hukum Tata Negara Indonesia Dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045: Pelantikan Capres/Cawapres 2024 di tengah Polemik Dinasti Politik dalam Pemerintahan. Seminar Nasional (SEMNAS) kali ini dilaksanakan di Aula SBSN Lt. 1 UIN Raden Mas Said Surakarta.
Pada pukul 08.00 WIB peserta mulai berdatangan dan melakukan registrasi. Pada pukul 08.30 WIB, acara berlangsung yang dipandu oleh Ainur Rochimah dan Afrizal Fadila Ilyas sebagai Master of Ceremony (MC). Acara pertama dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh saudara Muhammad Khairul Mustofa dan tak lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya dipandu oleh saudari Naya Oktaviana sebagai dirigen.
Acara selanjutnya yaitu sambutan sambutan. Sambutan yang pertama disampaikan oleh Naswa Kusumawati sebagai ketua panitia. Ia menyampaikan bahwa “Mahasiswa sebagai tombak demokrasi, berandil penuh dalam menjaga bumi pertiwi kita. Lantas penting bagi kita untuk memahami apa itu dinasti politik? Bagaimana pengaruhnya bagi suatu negara? Maka, untuk dapat menjawabnya berlayar lebih jauh tentang judul Seminar Nasional (SEMNAS) kita bersama pemateri yang luar biasa”.

Seminar Nasional kali ini di hadiri oleh Wakil Dekan III Dr. Fairuz Sabiq, M.S.I. sekaligus memberi sambutan dan membuka acara semnas. Dalam isi sambutan tersebut “beliau menyampaikan rasa bahagia dan bangga karena dalam acara ini, berkesempatan untuk menghadiri narasumber-narasumber hebat yang telah dikenal luas atas keahliannya dibidang masing-masing. Para peserta diharapkan dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya, serta memanfaatkan kesempatan ini untuk berdiskusi, bertanya, dan mendapatkan wawasan baru yang akan memperkaya perspektif serta kemampuan kita menghadapi tantangan ke depan.”

Pada pukul 08.55 WIB memasuki acara inti yaitu penyampaian materi dari narasumber, yang dipandu oleh moderator dari demisioner SLC 2023 yaitu Adinata Salsabila. Kemudian moderator membacakan Curriculum Vitae (CV) para pemateri dan mempersilahkan narasumber untuk penyampaian materi. Materi pertama disampaikan oleh Dr. Isharyanto, S.H., M.Hum. yaitu mengenai demokrasi yang berisi pengantar demokrasi, kemunduran demokrasi dan politik dinasti tak hanya itu pemateri juga memberikan solusi ideal salah satunya yaitu “untuk mencegah pembajakan demokrasi oleh praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme melalui mengandalkan UU pemilu/pilkada sebagai payung hukum.

Materi yang kedua disampaikan oleh Ibu Anajeng Esri Edhi Mahanani, S.H., M.H. yaitu mengenai dinasti politik dalam pemilu-pemilukada 2024 dan pengaruhnya pada keberjalanan demokrasi di Indonesia pasca pelantikan presiden-wapres terpilih. Selain itu pemateri juga memberikan quotes hukum “Tidak ada tirani yang lebih besar dari pada yang dilakukan di bawah perlindungan hukum dan atas nama keadilan, kebebasan adalah hak untuk melakukan apa pun yang diizinkan hukum, hukum harus seperti kematian, yang tidak mengecualikan siapa pun, tidak ada yang bisa dan tidak boleh berada di atas hukum yang mengatur masyarakat.” (Montesquieu).
Setelah pemaparan materi selesai dilanjut dengan sesi tanya jawab oleh peserta kepada narasumber yang dipandu oleh moderator. Para peserta sangat antusias dan aktif untuk berdiskusi bersama. Kemudian diakhiri dengan closing statement dari pemateri: “kita tidak boleh menjadi aktivis demokrasi hanya dalam situasi yang singkat dalam penggunaan hak milik, maka dari itu diharapkan dengan kesadaran teman-teman tentunya akan menciptakan obsesi demokrasi yang resmi.” Yang terakhir yaitu mengenai kolusi yang berbahaya dari pada korupsi, karena sifatnya yang melibatkan banyak pihak, termasuk dalam pengambilan keputusan, serta dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan dan demokrasi.

Kemudian acara terakhir yaitu pembacaan doa oleh saudara Bayu Surya Abdillah. Acara berakhir dan di tutup oleh Master Of Ceremony dan dilanjut penyerahan kenang-kenangan kepada pemateri oleh saudari Elda Windy. (Fitria Awalia Azhari, Devin Nur Hanifah)