Animal Farm: Fabel, Alegori, dan Sindiran Politik

FASYA-Kamis, (14/03/2024) Lembaga Semi Otonom (LSO) Divisi Literasi telah mengadakan agenda rutinan khataman buku dan juga buka puasa bersama yang diikuti oleh 26 pengurus dan dilatari waktu pada pukul 16.00-19.00 WIB. Buku yang dibedah adalah buku karya George Orwell yang berjudul “Animal Farm”. Bedah buku kali ini dipandu oleh Rizal Bahari Siregar. Rizal menjelaskan gambaran umum dari buku animal farm ini mengenai sindiran terhadap pemerintah yang diilustrasikan manusia sebagai tokoh-tokoh hewan.
Animal farm ini memberikan kita gambaran sebuah cerita tentang peternakan yang dipimpin oleh Jones yang suka mabuk dan memperlakukan binatang dengan semena-mena. Para binatang merasa tidak senang dengan perlakuan Jones kepada mereka. Salah satu yang paling tidak suka dan menentang adalah seekor babi tua bernama Major, dia menginginkan kebebasan untuk para binatang di peternakan Jones. Si babi atau Major ini selalu menggaungkan mimpinya akan kesetaraan pada binatang lainnya. Para binatang yang mendengar setiap yang dikatakan Major tertarik untuk merencanakan bagaimana cara supaya bisa menjatuhkan dan merebut kekuasaan Jones peternak yang jahat. Namun sebelum merealisasikan keinginannya Major meninggal dunia, dan dilanjut oleh dua babi muda yaitu, Napoleon dan Snowball. Aksi yang dilakukan dengan cara membakar dan menghancurkan ladang, sehingga Jones meninggalkan peternakan. Dengan kepergian Jones para binatang merayakan dengan suka cita.
Rizal juga mengutarakan dalam awal kepemimpinan Napoleon dan Snowball terjadi perselisihan dimana dari pihak Napoleon yang merasa kalah pamor dibanding Snowball. Pada kala itu Napoleon ingin berbisnis dengan Tn. Jones dengan menukarkan selai beserta telur ayam dan menyuruh ayam-ayam untuk bertelur lebih banyak daripada hari-hari biasanya. Oleh karena itu ayam-ayam melakukan demonstrasi dan pemberontakan kepada Napoleon Namun, naasnya ayam-ayam itu tak mampu mengalahkan kekuatan Sang Napoleon karena Napoleon memiliki anjing-anjing penjaga yang sangat setia terhadap Napoleon. Sehingga karena perilaku ayam-ayam itu yang sangat buruk. Napoleon pun menghukum dengan membunuh mereka satu-persatu dengan seekor kambing dan dua bebek.
Di bawah otoritas napoleon yang keji, mereka sempat membuat kincir anging yang hampir jadi. Namun, para manusia mengetahui bahwa para hewan yang dipimpin oleh Napoleon mulai marak berkuasa. Karena hal itulah para manusia memutuskan untuk melakukan aksi pengeboman terhadap kincir angin tersebut. Hal itu membuat semangat para hewan pupus, namun ada satu Babi yang mengatakan “kita Merdeka!!kita Merdeka!!” dan itu menyalakan semangat para hewan. Dan sejak saat itu mereka sadar bahwa manusia tidak akan menang melawan para hewan karena secara kuantitas hewan lebih banyak daripada kuantitas manusia.
Hal yang dapat dipetik dari kisah tersebut bahwa pemimpin yang telah memegang kekuasaan pasti terbesit untuk menguasai bahkan secara keji untuk mengambil keuntungan dari rakyat. Dan dapat dipelajari juga bahwa didalam lingkar kenegaraan sifat pemimpin itulah yang dapat menggiring mau kemana pemerintahan itu dilangsungkan. Entah kepada hal yang demokratis atau bahkan dalam hal yang otoriter. Buku ini merupakan sebuah seni sindiran terhadap penguasa-penguasa yang menjadikan hukum sebagai perahu kejayaan dan menjadikan rakyat sebagai roda keuntungan mereka.
(LSO LIRIK/Ed.afz)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV