Dari Merasa ‘Salah Jalan’ hingga Berakhir Membanggakan, Cerita Indarka PP Menjadi Wisudawan Terbaik Prodi Hukum Keluarga Islam

FASYA- Rabu (04/11/2020), Masuk dalam kategori Cumlaude dengan IPK 3,72, Indarka Putra Pratama menjadi wisudawan terbaik prodi, mewakili wisudawan Program Studi Hukum Keluarga Islam, pada Wisuda-45.

Indarka, begitu sapaan akrabnya, mengawali jenjang pendidikan tinggi pada tahun 2016. Meskipun sebenarnya ia lulus sekolah menengah pada tahun 2015. Indarka memutuskan untuk ‘istirahat’ sejenak dalam menuntut ilmu dan memilih bekerja sebagai Satpam di sebuah Mal Solo. Setelah setahun penuh bekerja, Indarka resign dari pekerjaan, lalu mengambil langkah studi dengan memilih IAIN Surakarta sebagai labuhannya.

Pada awal masuk IAIN Surakarta, Indarka mengaku bahwa mulanya ia merasa sedikit minder dan pesimis dengan lingkungan akademis IAIN Surakarta yang rata-rata memiliki background pondok pesantren. “Saya berasal dari SMK jurusan Teknik Komputer. Ditambah tidak pernah sekalipun mondok. Jadi dulu sempat minder dan merasa salah jalan,” terangnya.

Berdasarkan pengakuan lainnya, Indarka pernah frustasi dengan mata kuliah Bahasa Arab. Ketika teman lainnya sudah paham muannas;muzakar, bahkan ia baru mendengar untuk kali pertama. “Untungnya teman-teman sekelas tidak pelit ilmu. Saya tanya ke mereka yang jelas-jelas sudah ahlinya.”

Dengan tekad dan dorongan orang tua, Indarka bersikeras mengikuti jenjang demi jenjang pembelajaran. Walhasil, ia dapat mengimbangi mahasiswa lainnya. Bahkan, pada Wisuda-45 ini, Indarka menjadi wisudawan Cumlaude Terbaik Tingkat Prodi Hukum Keluarga Islam.

“Saya baru menyadari, bahwa setiap semester, khususnya semester satu sampai enam adalah kunci. Untungnya saya memanfaatkan betul tiap semester itu agar nilai mata kuliah dapat maksimal. Sebab ketika sudah masuk semester tujuh, delapan, atau di atasnya, mata kuliah yang kita ambil tidak akan mendongkrak IPK secara signifikan. Sekalipun skripsi A+, paling-paling IPK hanya bertambah nol koma sekian saja,” jelasnya.

Selain sungguh-sungguh dalam perkuliahan, Indarka juga mengasah kemampuan non-akademisnya dengan mengikuti berbagai organisasi atau komunitas, baik internal maupun eksternal. Hal tersebut membantu Indarka meningkatkan kesiapan ketika berhadapan dengan konflik tertentu.

“Sejak semester dua, saya bergabung dengan HMJ, lalu berlanjut ke SEMA, dan kembali ke HMJ lagi. Kalau eksternal, saya memilih salah satu organ pergerakan untuk mengekspresikan gagasan dan wacana sebagai mahasiswa.”

Dalam keberjalanannya, Indarka juga berhasil memperoleh beasiswa dari Bank Indonesia selama dua periode berturut-turut (2018 dan 2019). Bahkan pada saat bersamaan, ia mendapat amanah sebagai ketua komunitas mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia yaitu GenBI Solo (2019). Seusai masa jabatan, Indarka menjaga kepercayaan itu dengan memimpin GenBI Wilayah Provinsi Jawa Tengah (Periode 2020 – 2022).

Pria yang berasal dari telatah Wonogiri Selatan ini mengaku, tidak pernah menduga karier akademisnya akan berakhir mengejutkan. “Dulu tidak pernah membayangkan, hanya menjalani saja semampunya, sebisanya. Tetapi Allah menakdirkan lain. Alhamdulillah bisa lulus tepat waktu dengan predikat baik, bahkan melibihi apa yang saya angankan.”

Dalam perjalanan akademisnya, Indarka juga cukup aktif mengembangkan kemampuan literasi. Berbagai tulisan mulai dari esai, resensi, cerpen, bahkan puisi telah berhasil diciptakan. Karya-karya Indarka tersebut kini telah terdokumentasikan di berbagai media daring maupun cetak, di antaranya: harakatuna.com, geotimes.com, mbludus.com, takanta.id, apajake.id, Jawa Pos, Solopos, Tribun Jateng, Radar Cirebon, Harian Rakyat Sultra, BMR Fox, dan Medan Pos.

“Memelihara nalar bagi saya cukup penting. Salah satu wujudnya adalah menulis. Menulis apa saja boleh, sesuai dengan minat dan kecenderungannya,” ungkap Indarka. Meski begitu, Indarka tidak pernah mendikte ataupun mendiskreditkan mahasiswa lain yang saat ini tidak tertarik pada dunia literasi.

“Saya punya prinsip, bahwa menulis itu hanya salah satu dari banyak jalan agar kita bisa menjadi manusia seutuhnya. Literasi hanya salah satunya, dan teman-teman berhak berdikari atas pilihan mereka,” tandasnya.

Ketika ditanya mengenai trik dan tips ihwal berbagai pencapaiannya itu, Indarka menekankan bahwa ketekunan akan menghasilkan output yang ‘manis’.

“Saya masih meyakini pepatah Jawa yang klise, bahwa sopo sing tekun bakale tekan lan tinemu,” tuturnya. “Perasaan ‘salah jalan’ menurut saya lumrah, itu bagian dari dinamika psikologis. Tetapi ketika sudah nawaitu dari awal, yang kita yakini ‘salah’ itu justru bisa menjadi awal yang baik dengan napas keilmuan yang baru,” pungkas Indarka. (Indarka/ Ed. dw)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV