Terus Berusaha dan Ikhlas, Cerita Leny Agustin Menjadi Wisudawan Terbaik Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf

FASYA- Rabu (04/11/2020), Berasal dari keluarga yang sederhana tidak menjadi penghalang untuk masuk dalam kategori Cumlaude dengan IPK 3,74, Leny Agustin menjadi wisudawan terbaik Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf, pada Wisuda 45.

Leny mengawali masa studi di Institut Agama Islam Negeri Surakarta pada tahun 2016. Pada awal masuk IAIN Surakarta, ia mengaku masih asing dengan kampus dan program studi yang ia tekuni untuk menempuh jenjang pendidikan selama kurang lebih 4 tahun.

Tidak memiliki latar belakang sekolah dengan background agama menjadi salah satu hal yang membuat ia was-was tidak dapat mengikuti pembelajaran selama masa studi. Namun, hal itu tidak terbukti dengan adanya teman-teman yang mau merangkul dan dengan suka rela membagi ilmu yang mereka miliki kepada satu sama lain.

Berangkat dari cita-cita ayahnya yang menginginkan putrinya mampu menempuh pendidikan hingga ke pendidikan tinggi, Leny yang hanya seorang putri dari buruh bangunan memiliki semangat untuk mewujudkan keinginan ayahnya.

Dengan doa dan dorongan orang tua, Leny mampu menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat tingginya dengan masa studi 4 tahun 0 bulan.

Tidak pernah terbesit dalam benaknya bisa meraih predikat Cumlaude terbaik Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf, sebab dapat menyelesaikan studinya dengan baik merupakan hal sudah sangat ia syukuri.

Banyak hal yang membuatnya merasa bertanggungjawab untuk menyelesaikan studi dengan baik, sebab selain hanya berasal dari keluarga yang sederhana Leny juga merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia harus mampu menjadi contoh yang baik untuk adiknya kelak.

Untuk meringankan biaya kuliahnya, Leny berhasil mendapatkan beasiswa dari beberapa pihak. Berawal dari beasiswa BAZNAS Kabupaten Karanganyar tahun 2016, disusul dengan ia mendapatkan beasiswa PPA Fakultas Syariah tahun berikutnya, dan mendapatkan beasiswa Bank Indonesia Solo 2 tahun berturut-turut tahun 2018 dan 2019.

Selain sungguh-sungguh dalam perkuliahan, Leny juga mengasah kemampuan non-akademiknya dengan berorganisasi. Dulu ia hanya seorang mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah-pulang kuliah-pulang) namun seiring berjalannya waktu ia sadar, bahwa menjadi orang yang paham akan ilmu akademis tidak akan cukup.

Mengembangkan diri untuk bersosialisasi dan berorganisasi juga sangat penting, sebab dalam membangun hubungan kita memerlukan relasi yang luas dan harus berwawasan ketika berhadapan dengan siapa saja.

Leny mulai aktif berorganisasi setelah ia mendapatkan beasiswa Bank Indonesia Solo tahun 2018, ia bergabung dalam Komunitas Generasi Baru Indonesia Solo yang merupakan komunitas untuk mahasiswa yang menerima beasiswa Bank Indonesia Solo.

Selain mendapatkan beasiswa berupa biaya pendidikan, Leny juga mendapatkan kesempatan untuk mengasah kemampuan Leadership dalam dirinya hingga ke tingkat Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagai apresisasi untuk anggota GENBI yang aktif dan terpilih untuk mewakili Komisariat masing-masing daerah.

“Saya semakin sadar, bahwa pintar saja tidak cukup. Kita dituntut untuk mampu menjadi seorang pemimpin, baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Mampu membangun relasi yang luas dan kita juga harus mampu mengaplikatorkan apa yang sudah kita terima di pendidikan tinggi maupun organisasi, bersaing dengan orang-orang yang bahkan lebih hebat dari kita di luar sana  serta mampu menyesuaikannya diri dengan masyarakat yang beraneka ragam.” jelasnya.

Selain aktif di organisasi eksternal kampus, Leny juga merupakan anggota Pengurus Harian di HMJ Manajemen Zakat dan Wakaf.

Tentu membagi waktu antara perkuliahan dan organisasi tidaklah mudah, akan ada satu masa dimana kita harus bisa memilih dan memilah mana yang harus kita prioritaskan antara berorganisasi dan menyelesaikan studi.

“Menjadi orang yang pandai dalam segi akademik tidak akan berbuah hasil apa-apa jika kita tidak pandai dalam mengelola waktu dan kesempatan. Tidak perlu berusaha menjadi yang terbaik untuk orang lain, sebab yang kamu perlukan hanyalah pembuktian menjadi yang terbaik untuk dirimu sendiri. Kita pernah gagal, semua orang pernah mengalami kegagalan. Hanya saja kamu berhak berhenti atas usahamu ketika kamu gagal atau kamu bisa terus mencoba dan memperbaiki kegagalan yang lalu dengan hal-hal baru yang akan memberimu banyak pengalaman baru” ungkap Leny.

Banyak yang awalnya meragukan apakah ia mampu menyelesaikan studi dengan kesederhanaan keluarga, namun ia membuktikan. Bukan kepada orang lain, melainkan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu. Allah selalu memiliki cara terbaik untuk membentuk dan menuntun hamba-Nya yang mau berusaha serta ikhlas menyelesaikan apa yang ia mulai dengan niat baik.

Ketika ditanya mengenai apa yang menjadi faktor semangat untuk pencapaiannya saat ini, Leny menekankan bahwa “selain tekun ia juga harus percaya bahwa dirinya mampu. Sebab bukan orang lain yang menentukan jalan seperti apa yang akan ia tempuh kedepannya, melainkan dirinya sendiri,” ungkapnya.

Keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri akan mendorong seseorang untuk berusaha melakukan yang terbaik tanpa harus ada tekanan dari orang lain. Selain itu jangan pernah lupa untuk meminta doa restu orang tua, karena bisa sampai pada titik ini tak luput dari doa yang selalu ada dan menjadi rumah untuk keluh kesah anaknya.

“Atas lika liku yang telah saya tempuh, tak lupa saya berterimakasih kepada diri sendiri karena telah mampu menyelesaikan dengan baik apa yang sudah saya mulai”, Pungkas Leny. (Leny/ Ed. dw)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV