Di Balik Kebijakan Keuangan UMKM di Solo Raya

FASYA- Selasa (18/08/2020) Konsorsium Keilmuan Fakultas Syariah IAIN Surakarta kembali mengadakan Diskusi Dosen bulanan dengan topik kebijakan pengelolaan keuangan. Hadir sebagai pembicara adalah Bayu Sindhu Raharja, S.E., M.Sc.

Diskusi edisi Agustus 2020 kali ini tetap dengan konsep daring dan luring (dalam dan luar jaringan). Usai sesi tanya jawab, panitia memberi kesempatan bagi kyai Aminuddin Ihsan, Lc., M.A., tampil menyampaikan salam perpisahan kepada kolega mengingat pada bulan Agustus 2020 ini beliau telah resmi pensiun sebagai tenaga pengajar di Fakultas Syariah IAIN Surakarta.

Kyai Aminuddin Ihsan, Lc., M.A. menyampaikan pesan

Ada beberapa kesan dan pesan yang disampaikan kyai Amin. Pesan paling utama tentu saja adalah ajakan untuk dosen-dosen muda agar segera merampungkan studi Strata 3 dan selalu rajin mengurus kepangkatan. Bagi beliau, sesal terbesar sebagai tenaga pengajar adalah keengganannya mengurus kepangkatan. Bukan semata-mata menaikkan njumlah pendapatan bulanan melainkan kebermanfaatan individu bagi lembaga. Kita semua tahu, makin rajin mengurus kepangkatan makin tinggi kemanfaatan yang didapatkan lembaga, utamanya terkait akreditasi ‘berlapis’ dari tingkat program studi, fakultas, hingga institusi (IAIN Surakarta).

Bayu Sindhu Raharja, S.E., M.Sc. mempresentasikan materi

Bayu Sindhu Raharja, S.E., M.Sc. menyampaikan tema diskusi “Bagaimana Pelaku UMKM Memutuskan Kebijakan Keuangannya?” Diskusi yang ditayangkan secara daring di platform Google Meet dan Youtube ini direspon antusias oleh peserta luring. Salah satu alasan utamanya karena pembahasannya terkait UMKM. Tak bisa dipungkiri, UMKM merupakan salah satu elemen terpenting ketahanan ekonomi suatu negara. Makin tahan UMKM dengan goncangan keuangan, makin kecil potensi ‘chaos’ terjadi di suatu negara.

Pada diskusi ini, Bayu mengemukakan bahwa aspek kajiannya meliputi perilaku pelaku UMKM, sementara target risetnya adalah pelaku UMKM di kawasan Soloraya (dengan sampel mencapai 700 lebih UMKM). Ketika ditanyakan perihal data penelitian tahun 2019 tentang perilaku pelaku UMKM apa mungkin terjadi perubahan hasil penelitian di masa pandemi Covid-19 tahun 2020, Bayu yakin ada perubahan. Seberapa jauh perubahan dan aspek perilaku apa saja yang berubah, perlu dikaji ulang.

Hasil riset Bayu yang dikerjakan bersama seorang koleganya dan kini sedang dalam tahap review di salah satu jurnal ekonomi ini (1) mengukur beberapa dimensi pelaku UMKM, (2) menggunakan indikator dari Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD berskala global, (3) terfokus pada Analisa Kluster, yang bertujuan menilai perilaku berdasarkan kelompok pelaku UMKM, dan (4) menggunakan model regresi hirarkis dan regresi logistik untuk menganalisis hipotesis.

Riset Bayu menghasilkan temuan-temuan penting terkait perilaku pelaku UMKM di kawasan Solo Raya. Pertama, jenis pengusaha tradisional (risk averse player, RAP) yang ‘main aman’ dengan bisnisnya berjumlah 33%. Sementara jenis pengusaha yang masih mencari pola (growth orientation player, GOP) berjumlah 21% dan pengusaha berpengalaman (steady player, SP) berjumlah 46%.

Kedua, baik SP maupun GOP dirasa seimbang antara hutang dan simpanan (debt and deposit) dalam struktur keuangan mereka. Sebagai imbasnya, pertumbuhan bisnis mereka dinamis namun rentan saat terjadi gejolak ekonomi. Sementara RAP hanya memberi opsi seperlima bagi proposi hutang dalam struktur keuangan mereka, yang membuat mereka relatif kokoh dalam keadaan apapun, termasuk saat pandemi Covid-19 menggoyahkan sebagian pasar ekonomi dunia di awal tahun 2020.

Riset ini, meski kurang relevan di saat pandemi Covid-19, setidaknya ia bermanfaat bagi stake holders terkait gambaran kekuatan ekonomi UMKM di kawasan Solo Raya. Pengetahuan ini tentu sangat relevan bagi kebangkitan pertumbuhan ekonomi di kawasan Solo Raya pasca pandemi. Demikian. (afd)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV