Literasi Media dan Informasi: Tantangan dan Peluang

FASYA-Selasa (30/10/2021) Konsorsium Keilmuan Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta mengadakan diskusi dosen edisi terakhir untuk tahun 2021, dengan tema “Membangun Penguatan Budaya Literasi Media dan Informasi dalam Dunia Pendidikan” dan menghadirkan bapak Dr. Susilo Surahman, S.Ag., M.Pd., sebagai narasumbernya.

Literasi media dan informasi saat ini mengalami kenaikan signifikan dibanding satu dekade lalu. Ada banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari infrastruktur dan keakraban dengan tekonologi yang belum memadai hingga efektivitasnya bagi pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini.

Pemanfaatan ruang digital dan kolaborasi tanpa-batas mengalami evolusi paling radikal dalam sejarah umat manusia, sehingga sulit dicari padanannya dari bidang manapun. Penetrasinya yang masif turut merambah ke bidang ekonomi dan perbankan modern; kita mengenalnya sebagai perbankan digital (termasuk perkembangan cyptocurrency di dalamnya).

Dalam dunia pendidikan, isu literasi tak kalah urgen dan krusial untuk diperhatikan, terutama di kalangan sivitas akademika perguruan tinggi. Dalam kaitannya dengan perkembangan digital yang makin tak terbendung, mungkinkah pendidikan digital menjadi masa depan pendidikan di perguruan tinggi kita?

Tantangan dan Peluang
Dunia pendidikan tinggi merupakan garda terdepan produksi pengetahuan dan inovasi tekonologi. Tantangan literasi di pendidikan tinggi diuji selama pandemi Covid-19 melanda dunia. Seluruh sivitas akademika, baik dosen maupun mahasiswa, perlu merespon kebutuhan literasi dalam respon yang sebaik dan seefektif mungkin selama terjadi restriksi besar-besaran secara fisik.

Pak Susilo mencatat setidaknya ada 7 strategi yang perlu digapai dan dikuasai dalam rangka merespon tantangan zaman, baik dalam konteks restriksi fisik maupun kesiapan kita menjadi ‘digital native’ (generasi yang lahir dan tumbuh dalam dunia digital). Poin pertama hingga ketiga, yakni memanfaatkan teknologi, menggunakan media sosial, dan menempuh pola digital marketing.

Aktivitas berbasis digital telah mainstream dilakukan dan dianggap memudahkan dalam jangka panjang. Kendala modal besar dalam bentuk gawai bertenaga besar dan kebutuhan masif akan data internet seringkali menghambat di awal perjalanan transisi menuju fully digital. Berinteraksi melalui media sosial dan memanfaatkan digital marketing juga perlu dikuasai dan dijalankan dengan bijaksana, sehingga menghasilkan luaran (output) yang maksimal dan solutif bagi kebutuhan zaman.

Keempat hingga kelima, perlunya mobile friendly melalui optimalisasi aplikasi yang dioperasikan melalui smart devices. Menjadikan seluruh kegiatan berbasis mobile friendly merupakan tantangan yang barangkali tak berkesudahan. Hal itu harus mengandung engagement yang memadai sekaligus konten yang mendidik. Selain itu, aplikasi yang disiapkan perlu hadir dalam user interface dan user experience (UIUX) yang nyaman bagi penggunanya.

Keenam, inovasi digital yang ditawarkan. Bahasa pemrograman yang kompleks dan melelahkan untuk dikerjakan perlu dipadukan dengan inovasi unik dan spesial dalam rangka memenuhi kebutuhan penggunanya. Selain itu, kesemuanya perlu dibungkus dalam poin ketujuh, yakni pelayanan terbaik, melalui purna-jual atau layanan kontak yang dapat diandalkan.

Ketujuh kiat di atas mungkin identik bagi pengembangan digital start-ups, namun sejatinya hal-hal tersebut dapat diterapkan dalam dunia pendidikan masa kini di mana keterlibatan pemuda-pemudi digital-native sangat besar secara kuantitas dan kualitas. Menghadapi digital-native yang menyelami dunia tanpa henti, kita sebagai developer dan producer perlu meresponnya dengan antusias sekaligus bijaksana, demi kebaikan masa depan generasi mendatang dalam segala bidang. (afd)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV