Bangun Budaya Literasi, LSO LIRIK Obrolkan Buku “Berbubuku Bermasjid”

FASYA- Lembaga Semi Otonom (LSO) Literasi, Riset dan Jurnalistik (LIRIK) Fakultas Syari’ah IAIN Surakarta menggelar kegiatan rutin mingguan, Obrolan Buku, pada hari Jumat 30/08/2019 lalu. Bertempat di serambi Fakultas Syari’ah, buku yang diobrolkan kali ini berjudul Berbuku Bermasjid. Buku ini adalah karya M. Taufik Kustiawan, alumni Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah IAIN Surakarta. Ony Agustin Damayanti, mahasiswi Hukum Keluarga Islam (HKI) tampil sebagai pengisahnya.

“Buku yang berisi sepuluh esai ini, ditulis Taufik sejak menjadi mahasiswa”, tutur Ony memulai obrolan. Buku ini lanjut Ony, pernah terbit di beberapa koran dan media online. Esai-esai tersebut menceritakan tentang kehidupan mahasiswa di kampus. Mulai dari menjalani masa Pengenalan Budaya Akademi Kampus (PBAK) hingga penentuan nasib sarjana.

Dimulai dari esai yang berjudul Buku dan Mahasiswa Baru, lanjut Ony, Taufik menyajikan saat budaya literasi dikenalkan oleh DEMA IAIN Surakarta kepada mahasiswa baru pada PBAK 2017. Pembangunan budaya literasi tersebut dapat dilihat dari buku yang diterbitkan untuk mahasiswa baru, dan penggantian barang resitasi ke dalam pembuatan esai.

“Ini tentu merupakan pengenalan budaya akademik yang lebih positif dan membangun, dibanding pengumpulan resitasi barang-barang yang tidak menunjang iklim akademis”, ujar Ony.

Suasan Obrolan Buku

Disisi lain, buku Berbuku Bermasjid ini kata Ony juga menyampaikan perihal organasisasi mahasiswa yang mulai bergerak pada gerakan literasi. Buku ini mengingatkan kita bahwasanya melalui gerakan literasi, akan lahir para aktivis mahasiswa yang pemikirannya relevan hingga sekarang.

Pentingnya budaya berliterasi ini, menurut Ony, perlu untuk selalu dibangun dan dijaga keberlanjutannya. Menjadi mahasiswa bukan hanya bertanggung jawab untuk menyusun skripsi sebagai syarat kelulusan, tapi juga tanggung jawab intelektulitas perlu kita bangun sebelum terjun ke masyarakat.

Skripsi juga tidak hanya untuk memenuhi syarat administratif guna menyandang gelar sarjana, tapi menjadi mahasiswa pembelajar sebagai syarat untuk melahirkan sarjana yang memiliki tangung jawab keilmuwan.

Buku Berbuku Bermasjid, lanjut Ony, juga membahas perihal masjid. Buku ini menyoroti masjid kampus dan pembangunan masjid di tengah kota. Penulis buku ini, jelas Ony, berpandangan bahwa masjid di kampus, selain berfungsi sebagai tempat ibadah,  juga berfungsi sebagai pusat keilmuan, tempat diskusi para mahasiswa. Bahkan berangkat dari masjid kampus muncul para pemikir Islam dan terbitnya karya tulis berupa majalah hingga buku.

Sangat disayangkan, selain sebagai tempat beribadah, aktivitas masjid kampus sebagai pusat peradaban keilmuan kian luntur. Jarang ditemui mahasiswa melakukan kegiatan keilmuwan di masjid. Masjid mulai beralih fungsi menjadi tempat untuk melepas dahaga, menikmati jajanan hingga tempat untuk bermain gadget tanpa membawa buku.

Lain halnya dengan pembangunan masjid di tengah kota. Pembangunan masjid marak dilakukan sebagai simbol kemakmuran dan kedekatan pemerintah dengan masyarakat. Pembangunan dilakukan tanpa mempertimbangkan cara untuk memakmurkan masjid sebagai pusat kajian. Bahkan disisi lain, banyak masjid yang dibangun tapi kurang dalam fungsinya.

Selain anggota LIRIK yang hadir, kegiatan Obrolan Buku ini diikuti juga oleh sekitar 20 mahasiswa. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa baru. Mereka tampak antusias mengikuti obrolan ini sampai selesai. Mungkin karena Obrolan ini merupakan kegiatan perdana LIRIK setelah jeda libur panjang.

Selain itu tema yang disuguhkan juga begitu lekat dengan mahasiswa. Terlebih untuk mahasiswa baru yang sedang berproses untuk mencari jati diri. Obrolan buku ini akan terus dilakukan oleh LIRIK sebagai ajang untuk tetap menjadikan buku sebagai ruh keilmuan di tengah sumber informasi online yang mudah didapatkan. (Ony/Kadiv Riset LIRIK)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV