Fakultas Syariah dan Puspa KIJ Hadirkan Verena Meyer dari Columbia University

FASYA- Fakultas Syariah (Fasya) IAIN Surakarta bekerja sama dengan Pusat Studi dan Pengembangan Kebudayaan Islam dan Jawa / Puspa KIJ (The Center for the Study and Development of Islamic and Javanese Culture) IAIN Surakarta menggelar kegiatan Forum Kebudayaan Islam dan Jawa (KIJ Forum) pada Kamis, 21/3/2019.

Bertempat di Ruang Rapat Lt. 3 Fasya, kegiatan ini diikuti sekitar 50 (lima puluh) peserta yang terdiri atas dosen dan mahasiswa.

“Diskusi ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengenal isu-isu perdebatan global terkait studi Islam dan Jawa. Selain itu, diskusi ini juga sebagai upaya penguatan metodologi untuk menunjang persiapan riset bersama Puspa KIJ sekaligus target publikasi di akhir tahun 2019 ini,” terang Umi Rohmah, S.H.I., M.S.I. selaku Direktur di sela kegiatan.

Diskusi bertema “What Difference Khidr Makes: Notions of Sainthood in Javanese Islam” ini menghadirkan pembicara Verena Meyer dari Columbia University. Adapun Umi Rohmah bertindak sebagai moderatornya.

Verena Meyer sajikan materi

Verena Meyer mengkaji kewalian Mbah Munawir dan Ahmad Dahlan, khususnya konsep nugroho dan karamah yang diterima melalui pertemuannya dengan Nabi Khidr.

Menurutnya, kisah ini ada dalam cerita yang hidup di kalangan masyarakat Krapyak dan Karangkajen ke narasi besar yang ada dalam Serat Dewa Ruci tentang tokoh Ramayana (Bima) dan narasi Seh Malaya (Sunan Kalijaga), yang memiliki guru Sunan Bonang dan Nabi Khidr.

Dari narasi tersebut, Verena Meyer menegaskan bahwa konsep nugroho dalam tradisi Jawa dan karamah yang diterima seorang wali sesungguhnya bukan berangkat dari sesuatu yang kosong. Hal itu merupakan upaya formalisasi selama bertahun-tahun. Upaya (mujahadah) tersebut menghasilkan nugroho dan karamah yang bersifat sinkretis.

Persis seperti yang dialami oleh Seh Malaya (Sunan Kalijaga) saat berguru pada Sunan Bonang yang mengajarkan Islam Formalis. Begitu juga seperti Nabi Khidr yang memberikan wawasan untuk memperoleh hidayatullah dengan cara beragama atau berIslam secara substantif.

Verena juga mengaitkan antara kedua proses tersebut dengan praktik keagamaan Islam secara global. Menurutnya, berpijak dari narasi itu, seharusnya umat muslim tidak hanya berIslam secara formalis tetapi juga substantif.

Usai paparan materi, acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Diskusi berlangsung menarik. Ini tampak dari antusiasme peserta mengajukan pertanyaan dalam sesi tanya jawab. Kegiatan ini berakhir ditandai dengan penyerahan kenang-kenangan kepada pemateri dan sesi foto bersama. (Penulis: DW/Editor: SH)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV