Ke “Negeri di Atas Awan”, Fakultas Syariah Bangun Sinergi Untuk Berprestasi

Kebersamaan keluarga besar Fasya, di puncak Sikunir.

FASYA-Melaksanakan rutinitas harian sepanjang tahun seringkali menimbulkan kejenuhan. Jika tidak diantisipasi, bukan tidak mungkin hal ini akan berdampak pada penurunan kinerja. Imbasnya, daya sinergi dan energi berprestasi pun turut melemah.

Karenanya, upaya-upaya untuk melakukan penyegaran perlu dilakukan. Hal inilah yang mendorong keluarga besar Fakultas Syariah (Fasya), pada Rabu-Kamis, 9-10 Januari 2019 lalu, melakukan program Capacity Building ke Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) yang juga dikenal dengan sebutan “Negeri di Atas Awan”.

Golden Sunrise Sikunir, “Negeri di Atas Awan” (Foto: ATW)

Dataran Tinggi Dieng merupakan objek wisata alam, pegunungan, telaga, kawah dan candi. Wilayah yang terletak di sebelah Barat Kompleks Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro itu dikelola bersama oleh Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.

Disambut suhu sekitar 10°C, di bawah komando Dekan (Dr. M. Usman, M.Ag), sebanyak 39 personil keluarga besar Fasya tiba di Dieng pada waktu Magrib. Rombongan segera menuju ke Wisma Flamboyan, salah satu homestay di sekitar JL. Telaga Warna, dekat Komplek Masjid Jami’ Baiturrahman, Dieng, Kejajar, Wonosobo.

Di Masjid dengan arsitektur kombinasi Timur Tengah dan Jawa itu, rombongan menunaikan salat Maghrib dan Isya’. Selepas salat, sebagian sempat berbincang dengan warga. Dari warga diketahui jika masjid yang memiliki halaman yang luas ini baru terlihat ramai pada saat salat Jum’at. Selain itu, kata warga, masjid ini juga terlihat ramai ketika berlangsung kegiatan “Festival Budaya Dieng” di bulan Agustus.

Masjid Jami’ Baiturrahman, Dieng.

Usai salat dan makan malam, secara informal keluarga besar Fasya berkumpul di halaman Wisma. Sambil menikmati sajian jagung bakar dan ditemani alunan lagu, keluarga besar Fasya saling bercengkerama merangkai kebersamaan. Setelah sesi doorprize, sekitar pukul 22.00 rombongan istirahat berselimut sejuknya malam.

Golden Sunrise Sikunir

Pukul 03.00 dini hari (Kamis, 10/1/2019), di tengah pekatnya malam dan suhu yang mencapai 8°C rombongan menuju kawasan wisata Bukit Sikunir di Desa Sembungan, Desa tertinggi di pulau Jawa. Bukit Sikunir yang memiliki ketinggian sekitar 2.463 m di atas permukaan laut itu merupakan destinasi paforit wisatawan.

Gerbang menuju puncak Sikunir.

Ini karena di puncak Sikunir terdapat Golden Sunrise yang disebut-sebut paling memesona se-Asia Tenggara. Terutama pada kisaran bulan Juli-Oktober (musim kemarau). Selain itu, dari Puncak Sikunir lah pemandangan indah “Negeri di Atas Awan” bisa dieksplorasi sepuasnya.

Keluarga besar Fasya, sambut golden sunrise di Puncak Sikunir.

Namun untuk mendapatkan semua itu, para wisatawan harus rela menyisir pebukitan yang terjal dan melawan dingin yang menusuk sejak dini hari. Alhamdulillah, dengan tekad kuat dan kebersamaan, keluarga besar Fasya sampai di puncak Sikunir sekaligus melaksanakan salat subuh di sana.

Selang beberapa saat usai subuh, golden sunrise yang dinanti-natikan itu pun muncul. Semburat cahaya matahari berwarna keemasan yang bersinergi dengan gulungan awan dan jejeran pegunungan menciptakan harmoni yang melukiskan kebesaran dan keindahan yang Maha Kuasa.

Keluarga besar Fasya, merayakan kebersamaan di Puncak Sikunir.

Bentangan lahan pertanian kentang dan pepaya Dieng (carica), telaga yang menyerupai bentuk cebong, gumpalan awan putih keemasan, dan pegunungan berselimut awan semuanya terhampar mengisahkan keindahan Sang Pencipta. Keluarga besar Fasya pun tak menyia-nyiakan momentum untuk mengabadikan keindahan alam dan kebersamaan di Puncak Sikunir itu.

“Telaga Cebong” (disebut begitu karena tampak seperti cebong jika dilihat dari puncak Sikunir). Tampak di bibir telaga, tulisan “Sembungan, Negeri di Atas Awan”.

Menyaksikan dan mendapatkan semua keindahan itu, lunas sudah segala lelah dan perjuangan. Golden Sunrise Sikunir dengan segala keindahannya adalah simbol prestasi. Dengan kebersamaan dan penuh perjuangan, keluarga besar Fasya telah menggapainya. Semoga semangat ini terbawa ke lingkungan kerja, bersinergi menggapai prestasi.

Air Hangat, Candi, dan Telaga

Setelah puas mengeksplorasi Puncak Sikunir, pukul 09.00 keluarga besar Fasya melanjutkan perjalanan ke kolam air hangat di D’Qiano Water Park. Menurut beberapa informasi, kolam air hangat ini alami berasal dari Kawah Sileri, Banjarnegara.

Di D’Qiano Water Park rombongan melepas lelah dengan berendam di kolam air hangat. Untuk membangun kebersamaan dan kekompakan, keluarga besar Fasya juga melakukan beberapa games. Di antranya lomba renang, menjatuh diri ke kolam secara berurutan, dan lompat ke air berurutan.

Merajut kebersamaan lewat games, di kolam air hangat Dieng.

Sekitar pukul 11.00 rombongan istirahat, salat dan makan siang di rumah makan terdekat. Lalu sekitar pukul 01.00 rombongan menuju ke situs budaya di Kompleks Candi Arjuna, Dieng Kulon.

Setelah merasa cukup mengeksplorasi situs peninggalan peradaban Hindu sekitar abad ke-7 Masehi itu, rombongan bertolak ke Telaga Menjer. Telaga ini terletak di Desa Menjer, Garung, Wonosobo. Sekitar pukul 03.00, setelah setengah jam di Telaga yang berada di ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut ini, rombongan mengakhiri perjalanan Capacity Building di Wonosobo untuk kembali ke Surakarta.

Di sepanjang perjalanan menuju Surakarta, masing-masing keluarga besar Fasya terlelap dalam lelah, sambil memutar memori tentang “Negeri di Atas Awan”. “Negeri” yang melukiskan sinergi berbagai unsur alam yang sanggup membangun prestasi berupa harmoni dan keindahan. Semoga demikian juga dengan keluarga besar Fasya. (SH)

Bagikan

Berita Terbaru

Berita Terkait

FasyaTV